Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Plus Minus Lucas Perez, Sang Jamie Vardy Versi Spanyol

By Beri Bagja - Rabu, 31 Agustus 2016 | 21:50 WIB
Lucas Perez saat beraksi untuk Deportivo La Coruna dalam partai La Liga menghadapi Sevilla di Riazor, La Coruna, 5 Desember 2015. (MIGUEL RIOPA/AFP)

 Setelah beberapa pekan menanti, Arsenal akhirnya memuaskan dahaga suporter mereka dengan merekrut seorang penyerang. Pemuda Spanyol dari Deportivo La Coruna, Lucas Perez (27), jadi pilihan Manajer Arsene Wenger.

Arsenal membeli Perez seharga 17 juta poundsterling atau setara Rp 296,6 miliar.

Secara personal, Wenger menilai Perez dapat mendongkrak kualitas lini serang pasukannya.

"Saya percaya kepada Lucas. Dia punya kecepatan, kemampuan teknik dan penyelesaian yang bagus, serta memiliki komposisi tepat untuk sukses," ucapnya, seperti dikutip situs Express.

Baca Juga:

Wenger mengacu pada ketajaman sang pemain pada kompetisi musim lalu. Perez mencetak 17 gol dalam 36 partai La Liga.

Rapor tersebut sangat baik buat ukuran pemain dari klub yang cuma finis tiga tingkat di atas zona degradasi.

Apa lagi kelebihan Perez? Benarkah kehadiran dia menjadi solusi terbaik Wenger guna mengatrol kualitas lini depan?

Berikut faktor plus dan minus dari pria benama lengkap Lucas Perez Martinez itu.

PLUS

1. Statistik lebih baik dari Giroud dan Griezmann


Perbandingan Statistik Lucas Perez dengan Olivier Giroud dan Antoine Griezmann pada kompetisi 2015-2016.(ANDREAS JOEVI/JUARA.net)

Lucas Perez mendapat sebutan 'Jamie Vardy versi Spanyol' karena memiliki kemiripan skill dengan striker Leicester City tersebut. Vardy merupakan target impian Arsenal yang gagal diboyong.

Wenger juga sempat disebut mendekati penyerang Atletico Madrid, Antoine Griezmann.

Kalau acuannya perbandingan statistik musim lalu, Wenger mungkin lega karena Perez punya rapor lebih baik daripada Griezmann dan bomber Arsenal kini, Olivier Giroud.

Koleksi 17 gol Perez kalah dari Griezmann (22 gol), tapi unggul atas Giroud (16). Di antara mereka, Perez juga lebih rajin memasok assist, melepas ancaman, melontarkan percobaan akurat, dan mencatat aksi dribel.

Lelaki kelahiran 10 September 1988 itu memang punya modal sprint kilat dan stamina tangguh layaknya Vardy, serta piawai pula ditempatkan sebagai penyerang lubang atau winger ofensif.

[video]https://video.kompas.com/e/5105404324001_v1_pjuara[/video]

2. Prospek menjanjikan

Musim lalu, Perez mengoleksi 17 gol liga. Tak ada satu pun pemain Arsenal yang mampu mencetak gol sebanyak itu dalam periode yang sama.

Kalau bersama klub sekelas Deportivo saja level ketajamannya sudah tinggi, bayangkan prospek Perez jika disuplai kreator peluang top semodel Mesut Oezil atau Santi Cazorla.

Setelah mendapat pasokan matang, Perez seolah punya akal segudang buat mengonversinya menjadi gol.

Ia jago dalam situasi satu lawan satu, sundulan, hingga penyelesaian jarak jauh.

Satu hal lain yang penting, tak mudah menemukan striker lengkap seperti dia dengan klausul pelepasan "cuma" 17 juta pounds zaman sekarang.

MINUS

1. Bukan 'big-man' sejati yang dicari

Wenger menilai Perez sebagai striker lengkap, tetapi kaum skeptis mungkin tetap menganggap dia bukan sosok yang benar-benar dibutuhkan Arsenal.

Melihat kiprah musim lalu, The Gunners kehilangan sosok predator tajam sebagai muara serangan.

Mereka kangen penyerang tengah berkarakter big-man yang menjamin lahirnya 20 gol dalam semusim.

Wajar bila deretan target Arsenal pada awalnya mencakup striker murni bertipe 'nomor 9', seperti Karim Benzema, Alvaro Morata (Real Madrid) atau Mauro Icardi (Inter Milan).

Perez jelas bukan target utama Wenger setelah sang manajer luput mewujudkan transfer pemain-pemain idamannya tadi.

Alhasil, ditinjau dari segi harga dan keterbatasan waktu menjelang deadline bursa, Perez pun menjadi target paling realistis yang bisa dicaplok Arsenal.

2. Ancaman demam panggung dan adaptasi skema

Arsenal terpincut dengan ketajaman Perez musim lalu. Namun, sebelum itu kiprahnya seperti hilang dari radar.

Dihantui oleh sejumlah problem fisik, Perez cuma menelurkan 6 gol pada 2014-2015.

Sebelumnya, dia gagal bersinar saat mengembara ke Ukraina bersama Karpaty Lyiv dan Dynamo Kyiv (2011-2013), serta ke Yunani untuk membela PAOK (2013-2015).

Perez juga miskin jam terbang di kompetisi level top. Ia belum merasakan tampil di Liga Champions dan timnas Spanyol meski telah berusia 27 tahun.

Hitung pula peluang adaptasi Perez dengan skema ala Wenger. Di Deportivo, dirinya terbiasa menjadi bintang utama di lini depan sebuah tim yang mengandalkan serangan balik.

Tak jarang Perez sendiri harus menjemput bola ke lini tengah, lalu memanfaatkan sprint dan eksekusinya menjadi gol.

Filosofi itu berbeda dari Arsenal, yang mengutamakan aliran penguasaan bola cair antarlini. Karena itu, Wenger pun tak mau langsung membebani Perez dengan ekspektasi selangit.

Sentuhan Wenger akan menentukan apakah Perez akan sukses atau malah mengalami demam panggung kala beradaptasi di kolam yang lebih besar.

"Selalu menjadi sebuah pertaruhan ketika Anda tiba dari satu negara ke negara lain dengan tantangan berbeda. Namun, saya yakin pertaruhan itu akan terbayar," ucap sang manajer gaek.

[video]https://video.kompas.com/e/5105404319001_v1_pjuara[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P