Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Klub papan atas J-League, Urawa Red Diamonds, menggelar coaching clinic di dua sekolah dasar negeri (SDN) Jakarta, pada Rabu (24/8/2016). Hal ini adalah bagian dari kegiatan sosial (Corporate Social Responsibility atau CSR) mereka di Asia bertajuk "Heart-full Soccer in Asia 2016".
Dua sekolah dasar beruntung yang terpilih secara acak untuk bisa dikunjungi Urawa Red Heart-full Club tersebut adalah SDN 03 Pagi Kebayoran Lama Selatan dan SDN 03 Pagi Kebayoran Lama Utara.
Heart-full Club adalah salah satu kegiatan CSR yang sudah dilakukan oleh Urawa Red sejak 2003 silam. Awalnya, kegiatan ini hanya diperuntukan bagi masyarakat Saitama, Jepang.
Kini, kegiatan tersebut telah merambah ke seluruh Asia. Tujuannya adalah untuk mengedukasi masyarakat bahwa olahraga bukan hanya soal teknik atau fisik, tetapi juga tentang pikiran sehat, membangun komunikasi, dan mencapai tujuan yang ditetapkan.
Baca Juga:
Urawa memberikan pelatihan singkat mengenai bagaimana cara bermain sepak bola yang benar di kelas sebelum mempraktekannya di lapangan.
Namun, hal paling penting yang ingin mereka tanamkan kepada anak-anak Indonesia adalah nilai-nilai dasar sebagai seorang manusia demi mencapai kesuksesan.
"Ada tiga hal yang selalu kami tekankan kepada setiap anak-anak yang kami didik, yaitu toleransi kepada sesama, sikap saling percaya kepada rekan, dan melakukan segalanya secara sungguh-sungguh," ucap Manajer Urawa Red Heart-full Club, Shinichi Kondo.
"Tiga hal tersebut kami ajarkan kepada anak-anak di kelas selama satu jam sebelum mempraktekannya. Di lapangan, kami ingin melihat bagaimana mereka bejerka sama serta melakukannya secara serius dan gembira," tuturnya.
Dalam coaching clinic ini, Urawa membawa lima pelatih mereka yang salah satunya adalah Tomoyuki Sakai.
Eks pesepak bola berusia 37 tahun itu adalah mantan pemain tim nasional (timnas) Jepang yang pernah membela klub-klub Indonesia, seperti Pelita Jaya, Persiwa Wamena, Periram Raja Ampat, dan Deltras Sidoarjo.
Sakai mengaku senang bisa kembali setelah meninggalkan Indonesia pada 2014. Ia pun mengaku bahwa anak-anak dan masyarakat Indonesia pada umumnya memiliki kemampuan dan kualitas bermain sepak bola yang sama dengan Jepang.
"Saya pernah tiga tahun bermain di Indonesia dan tampil di J-League. Saya tahu masyarakat di sini memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda dengan di Jepang, tetapi kondisi finansial para pemain di sini membuat mereka sulit untuk menunjukan keseriusan mereka," kata Sakai.
Pihak Urawa pun menjelaskan alasan mereka mengapa memilih dua SDN di Kebayoran Lama sebagai tempat mereka melakukan coaching clinic. Hal ini lebih dikarenakan kondisi Jakarta dan sarana yang dimiliki oleh sekolah tersebut.
"Kami memilih dua SDN ini karena lokasi kedua sekolah yang berdekatan. Jika kami mencari dua sekolah yang berjauhan akan memakan waktu lama karena kemacetan Jakarta," ujar Kondo.
"Kami juga hanya memilih sekolah rakyat (negeri), bukan swasta, yang memasukan olahraga ke dalam kurikulum mereka. Selain itu, kami juga memilih sekolah yang memiliki lapangan yang luas untuk menggelar kegiatan ini," katanya.
Dalam aktivitas ini, Heart-full Club telah menyambangi 37 kota dari 25 negara berbeda di Asia. Kunjungan ini juga merupakan kali ketiga di Indonesia setelah sebelumnya pada 2007 dan 2008.
[video]https://video.kompas.com/e/5096390287001_v1_pjuara[/video]