Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Menolak Antiteori Lisensi Pelatih di Liga Indonesia

By Jumat, 19 Agustus 2016 | 13:57 WIB
Pelatih Persib Bandung, Djajang Nurjaman, memberi arahan kepada timnya saat berlaga di Piala AFC melawan New radiant SC di Stadion Si Jalak Harupat, Rabu (25/2/2015). (HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLA/JUARA.NET)

Mengacu pada regulasi Pasal 37 ayat 1 poin e tentang Dokumen Pendaftaran Ofisial, Persija, Persib, dan PS TNI harus bergerak cepat untuk mencari pelatih baru. Pasalnya, juru taktik mereka tidak sesuai regulasi.

Penulis: Kukuh Wahyudi/Gatot Susetyo

Dalam poin e bagian i dijelaskan bahwa pelatih di Torabika Soccer Championship (TSC) sekurang-kurangnya berlisensi A AFC atau yang setara sesuai pengakuan dari AFC.

Jan Saragih, (carateker pelatih Persija), Djadjang Nurdjaman (Persib), dan Suharto A.D. (PS TNI) belum mencapai level tersebut.

Jan dan Djanur masih berstatus B AFC, sedangkan Suharto hanya berlisensi C AFC.

Meski standar lisensi itu semata-mata untuk meningkatkan kualitas pemain, tim, dan kompetisi pada ujungnya, ada dua kasus di Liga Super Indonesia (LSI) yang menjadi antiteori.

Kesuksesan Sriwijaya menjadi juara 2011/12 dan Persib pada 2014 seolah mengatakan bahwa lisensi pelatih hanya formalitas.

Kas Hartadi, yang berlisensi A Nasional (di bawah C AFC), bisa membawa Laskar Wong Kito menjadi juara kala itu. Demikian juga Djanur, yang hanya mengantongi lisensi C AFC, mempersembahkan gelar bagi Persib.

Mereka mampu mengungguli pelatih lain yang berlisensi lebih tinggi.

Sulit Direalisasikan

Berpatokan pada dua kasus itu, apakah lisensi pelatih tidak berbanding lurus dengan kualitas tim? Para pelatih sepakat mengatakan tidak.

Buktinya, dari enam gelar LSI yang sudah berlalu, empat di antaranya diraih oleh pelatih yang berlisensi sesuai standar.

Dengan kata lain, kualitas pelatih tetap dipengaruhi oleh lisensi yang dikantonginya.

Suara senada bahkan datang dari Kas.

"Meski saya membawa tim menjadi juara dengan lisensi tak sesuai standar, bukan berarti lisensi pelatih tidak penting. Saya yakin jika pelatih ikut kursus yang lebih tinggi, maka kualitasnya akan bertambah," tuturnya.

Sejak era LSI, operator liga dan PSSI menyadari hal itu. Namun, peraturan minimal A AFC sulit direalisasikan sejak musim 2008/09. Dalam setiap musim LSI hampir selalu ada tim yang tidak memenuhi syarat tersebut.

Ada klub yang bahkan lebih memilih "meminjam" pelatih dengan lisensi sesuai regulasi. Lihat yang dilakukan Perseru misalnya, yang mengontrak Hanafi (lisensi A AFC) karena pelatih Agus Sutiono tak memenuhi asas legalitas yang disyaratkan PT GTS sebagai operator TSC.

"Setelah Agus Sutiono mengundurkan diri usai kalah telah 1-5 dari Barito, saya diminta manajemen menjadi pelatih kepala. Sebelumnya, saya fokus di pembinaan usia muda," kata Hanafi.

Ia mengaku tak tahu alasan klub melakukan "akal-akalan" sejenis. Tapi, mantan arsitek Persiram tersebut berharap semua pengelola klub belajar mematuhi aturan.

"Ini soal apresiasi terhadap pelatih. Cara meminjam lisensi seperti itu seharusnya tak boleh dilakukan," katanya.

Bila mengacu pada jumlah pelatih, seharusnya seluruh tim tak sulit mendapatkan pelatih berlisensi A AFC. Pasalnya, saat ini Indonesia memiliki 62 pelatih berlisensi A AFC yang siap pakai. Hanya, rupanya ada persoalan lain.

“Di Indonesia banyak pelatih berlisensi A AFC yang terpaksa menganggur karena tak punya hubungan baik dengan klub,” ucap Hanafi.

LISENSI PELATIH SAAT MEMBAWA TIM JUARA

Jacksen F Tiago (Persipura/LSI 2008/09) - Pro License A-ABTF
Miroslav Janu (Arema/LSI 2009/10) - A-PRO
Jacksen F Tiago (Persipura/LSI 2010/11) - Pro License A-ABTF
Kas Hartadi (Sriwijaya/LSI 2011/12) - A Nasional
Jacksen F Tiago (Persipura/LSI 2013) - Pro License A-ABTF
Djadjang Nurdjaman (Persib/LSI 2014) - B AFC

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P