Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Andy Murray, Emas Olimpiade dan Sejarah Baru

By Diya Farida Purnawangsuni - Senin, 15 Agustus 2016 | 14:17 WIB
Petenis Britania Raya, Andy Murray (tengah), berfoto dengan medali emas Olimpiade Rio 2016 yang dimenanginya setelah mengalahkan Juan Martin del Potro (Argentina) dengan skor 7-5, 4-6, 6-2, 7-5 pada babak final tunggal putra di Olympic Tennis Center, Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (14/8/2016). (LUIS ACOSTA/AFP PHOTO)

Petenis putra Britania Raya, Andy Murray, tak bisa menahan emosi setelah memastikan menjadi juara tenis tunggal putra Olimpiade Rio di Olympic Tennis Centre, Minggu (14/8/2016) sore waktu setempat atau Senin dini hari WIB.

Murray meraih kemenangan dengan skor 7-5, 4-6, 6-2, 7-5 atas Juan Martin Del Potro (Argentina).

Kemenangan Murray tersebut mengukir sejarah baru pada penyelenggaraan Olimpiade. Murray kini tercatat sebagai petenis pertama yang sukses memenangi dua medali emas pada nomor individual.

Empat tahun lalu, Murray juga tampil sebagai kampiun Olimpiade London.

"Fakta bahwa belum pernah petenis yang mencatat prestasi tersebut menunjukkan kompetisi ini sangat sulit, jadi saya bangga telah berhasil melakukannya," tutur Murray yang dilansir BBC.


Petenis Britania Raya, Andy Murray (tengah), bereaksi setelah memastikan menjadi juara Olimpiade Rio 2016 di Olympic Tennis Center, Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (14/8/2016). Murray menang dengan skor 7-5, 4-6, 6-2, 7-5 atas Juan Martin Del Potro (Argentina).(LUIS ACOSTA/AFP PHOTO)

Murray mulai diperhitungkan sebagai salah satu petenis terbaik dunia setelah memenangi medali emas Olimpiade London 2012.

Dia kemudian melanjutkan tren prestasi ini dengan meraih gelar Grand Slam pertamanya pada Amerika Serikat Terbuka 2012.

Pada 2013, Murray membuat sejarah dengan menjadi petenis pertama dari daratan Britania yang memenangi Wimbledon sejak 1936.

Namun, setelah itu prestasi Murray menurun. Dia menyebut tekanan besar dari publik untuk terus menjadi juara sebagai penyebab.

Murray baru kembali ke performa terbaiknya pada 2015. Di bawah bimbingan pelatih baru, Amelie Mauresmo, Murray mencapai final Australia Terbuka dan membawa tim Britania Raya memenangi Piala Davis untuk kali pertama setelah gagal selama 79 tahun.

Tahun ini, Murray yang kembali menggandeng Ivan Lendl sebagai pelatihnya menggebrak dengan hasil runner-up Australia Terbuka dan Prancis Terbuka, serta juara Wimbledon untuk kali kedua.

Tiga bekal tersebut cukup untuk menguatkan mental bertanding Murray pada Olimpiade.

"Empat tahun adalah waktu yang lama dan banyak hal yang bisa berubah. Banyak yang telah berubah sejak 2012, saya senang dapat berkompetisi di turnamen terbesar," katanya.

"Tidak ada yang tahu seperti apa situasi pada empat tahun mendatang di Tokyo. Pada usia 33 tahun, saya tidak yakin akan berada di level sama," ujar Murray lagi.

Murray saat ini berusia 29 tahun. Sejak turun ke level pro pada 2005, ayah dari satu putri ini telah memenangi 39 gelar individual, termasuk tiga titel Grand Slam, dan menempati peringkat kedua dunia.


Petenis Britania Raya, Andy Murray (tengah), berfoto bersama peraih medali Olimpiade Rio 2016 lainnya, Juan Martin del Potro (Argentina, kiri) dan Kei Nishikori (Jepang, kanan), di atas podium juara Olympic Tennis Center, Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (14/8/2016).(LUIS ACOSTA/AFP PHOTO)

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P