Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Conte, di Tengah El Clasico

By Jumat, 12 Agustus 2016 | 08:36 WIB
Trofi Premier League (JAYNE KAMIN-ONCEA/GETTY IMAGES)

Arsene Wenger melabeli Premier League 2016-2017 sebagai “Kejuaraan Dunia bagi Para Manajer”. Sebagai pelatih tersenior Liga Inggris dari aspek jam terbang yang mencapai 1.556 partai, Wenger boleh jadi sosok terpantas untuk menggambarkan betapa panasnya rivalitas para pelatih di EPL musim ini.

Wenger bersama Arsenal tak hanya bakal meneruskan persaingan sengitnya melawan Claudio Ranieri (Leicester City), Mauricio Pochettino (Tottenham Hotspur), Juergen Klopp (Liverpool), yang dibawa dari musim 2015/16, tetapi juga akan bertarung dengan trio manajer anyar Jose Mourinho (Manchester United), Pep Guardiola (Manchester City), dan Antonio Conte (Chelsea).

Dari perspektif nama besar, Ranieri, Pochettino, dan juga Klopp mungkin tak secemerlang Mou, Pep, maupun Conte. Akan tetapi, Ranieri dan Pochettino justru menjadi pelatih dengan rapor ciamik menyusul titel juara dan posisi ketiga di Premier League musim lalu.

Klopp, di sisi lain, menyandang pelatih yang sukses membawa Borussia Dortmund dua kali menjuarai Bundesliga dan melaju ke final Liga Champions 2012-2013. Kinerjanya di Liverpool musim lalu tidak dimulai sejak awal. Karena itu, publik meyakini bahwa Klopp bakal memulai pekerjaan aslinya pada musim ini.

Berbeda dengan Mou, Pep, dan Conte, ketiganya mendarat di Ranah Britania sebagai arsitek tim baru. Untuk kasus Pep dan Conte mungkin tepat, mengingat yang pertama merantau dari Bayern Muenchen di Bundesliga, sedangkan yang kedua baru menjalani periode bersama timnas Italia.

Mou di sisi lain, merupakan wajah kawakan Premier League setelah dalam dua periode berbeda menukangi Chelsea. Tak sebatas melatih, Mou bahkan menyandang status The Special One dan The Happy One saat meracik The Blues berkat total tiga trofi EPL, ditambah lima gelar domestik lain di Stamford Bridge.

Secara total, dalam 14 musim terakhir sebagai pelatih, Mou mencatat delapan titel liga, tiga posisi runner-up, dan satu peringkat ketiga. Dua musim sisanya, sama-sama saat melatih Chelsea, tak bertahan hingga pengujung musim karena dirinya dipecat dan mengundurkan diri.

Prestasi Pep di panggung liga domestik pun tak kalah mentereng. Tujuh musim yang terbagi bersama Barcelona dan Muenchen diwarnai enam gelar dan satu pos runner-up.

Conte? Sebelum didaulat menukangi Gli Azzurri, ia menyabet trigelar Serie A secara beruntun bersama Juventus. Berkat gelar-gelar mengilap ini, tak mengherankan apabila bursa juara menaruh Man United, Man City, dan Chelsea, tiga klub yang dibesut Mou, Pep, dan Conte, sebagai calon terkuat peraih titel Premier League musim ini.

Materi Skuat

“Jose Mourinho, Pep Guardiola, Jurgen Klopp, Antonio Conte, dan Arsene Wenger. Secara total, mereka adalah lima serangkai, di mana salah satunya akan finis di urutan kelima. Itu pun jika klub mereka menempati lima besar. Salah satu dari mereka akan dihujat habis, dan mereka semua nama-nama besar,” ucap Slaven Bilic, pelatih West Ham.

Jika ditambahkan nama Ranieri dan Pochettino, artinya ada potensi besar salah satu dari mereka bertujuh, bahkan bisa saja lebih dari satu, akan gagal meraih tiket ke Eropa. Tentu tak terbayang sebelumnya bahwa Premier League bakal menawarkan aroma kompetisi sesengit ini.

Keberhasilan, atau lebih tepat disebut sebagai keajaiban, Ranieri bersama pasukan Leicester secara tak langsung melecut bos-bos besar klub-klub The Big Six ini untuk menghadirkan perubahan secara radikal. Apalagi dalam empat musim terakhir, klub-klub Premier League menjadi bulan-bulanan klub-klub La Liga dalam pentas regional.

Perombakan di kubu duet Manchester terasa paling mewah. Dengan menunjuk Mourinho, United seakan mengingkari sejarah menyusul segala bentuk penghinaan terhadap pria Portugal itu semasa melatih Chelsea.

Sementara itu, City memberanikan diri untuk mencoba gaya bermain yang sama sekali baru dengan membujuk Pep. Dari jajaran pemain yang diakuisisi, kubu Merah pun luar biasa menggila dengan merekrut paket Eric Bailly Zlatan Ibrahimovic, Henrikh Mkhitaryan, dan Paul Pogba, dengan total belanja 185 juta euro.

Kubu Biru di sisi seberang mendatangkan John Stones, Leroy Sane, Gabriel Jesus, Ilkay Gundogan, dan Nolito dengan biaya hampir sama, 182,6 juta euro.

Tak berlebihan rasanya apabila dari aspek materi skuat, kedua wakil Manchester ini layak menjadi dua kuda pacu terdepan di jalur juara. Perebutan mahkota pun akan lebih memanas mengingat Mou dan Pep menyeret rivalitas el clasico yang dibawa sejak berseteru hebat semasa era Barca vs Real Madrid.

Namun, tak seperti City, United tak mentas di panggung Liga Champions, dan Liga Europa jelas bukan target mereka. Karena itu, mereka punya probabilitas lebih besar untuk bertakhta pada akhir musim.

Begitu pula dengan Chelsea yang sama sekali tak bermain di Eropa sehingga bisa menguntit ketat di belakang United dan City.

Penulis: Sapto Haryo Rajasa

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P