Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Plus-Minus Frank de Boer untuk Inter Milan

By Beri Bagja - Senin, 8 Agustus 2016 | 16:45 WIB
Frank de Boer saat memimpin sesi latihan Ajax Amstedam jelang duel Liga Champions kontra Barcelona di Camp Nou, 20 Oktober 2014. (DAVID RAMOS/GETTY IMAGES)

 Inter Milan dilaporkan memilih Frank de Boer (46) sebagai pengganti posisi Roberto Mancini (51) di kursi pelatih. Apa yang bisa diharapakan pendukung Nerazzurri, julukan Inter, terhadap sosok De Boer?

Sebulan terakhir, Frank de Boer (FdB) memang mencuat sebagai kandidat terkuat penerus Mancini di Inter Milan.

Eks pelatih Ajax Amsterdam itu kabarnya bakal dikontrak Inter dengan gaji 1,5 sampai 2 juta euro untuk tahun pertama dan meningkat menjadi 3 juta euro di tahun ketiga.

Baca Juga:

De Boer disebut sebagai incaran lama Presiden Inter Milan, Erick Thohir.

Legenda timnas Belanda itu juga mudah direkrut karena sedang tak membela klub mana pun. Ia mundur dari Ajax pada Mei lalu.

Berikut faktor plus dan minus dari Frank de Boer yang bakal menjadi tantangan dan bahan pertimbangan buat Inter.

PLUS

  • Riwayat hidup meyakinkan

De Boer punya riwayat melatih mentereng pada usia yang tergolong muda sebagai peracik taktik, 46 tahun.

Saudara kembar Ronald de Boer itu mempersembahkan 5 trofi dalam 6 musim membesut Ajax sejak 2010.

Ia termasuk manajer super di Belanda. De Boer ialah pelatih pertama yang mampu membawa sebuah klub meraih 4 gelar Eredivisie secara beruntun.

Satu titel lain bagi Ajax berupa trofi Johan Cruijff Schaal atau Piala Super Belanda 2013. Mental juara De Boer secara pribadi juga tak perlu dipertanyakan.

FdB terlahir dengan bakat besar serta gelimang 16 gelar selama menjadi pemain pada 1988-2006. Trofi paling akbar ialah Liga Champions 1994-1995 bareng Ajax Amsterdam.

  • Sepak bola agresif

Salah satu kekurangan Inter era Roberto Mancini adalah ketidakmampuan menerapkan permainan indah dan agresif secara konsisten.

Gairah fan mungkin menanjak jika De Boer datang. Pria Belanda itu memiliki DNA sepak bola menyerang yang dia bawa sejak aktif bermain, hingga diterapkan sebagai pelatih.

Selama 6 musim menukangi klub raksasa Belanda itu, De Boer membawa timnya mencatat 467 gol alias rata-rata melesakkan 77,8 gol per musim ke gawang musuh!

De Boer juga terbiasa memeragakan berbagai variasi strategi, tidak terpaku kepada pola 4-3-3.

Ajax memainkan 4-1-4-1, 4-4-2, 4-2-3-1, 4-3-1-2, dan skema lain dengan catatan penting yang mungkin disukai pendukung Inter, yaitu mengedepankan penguasaan bola.

Selain itu, De Boer banyak dipuji karena sukses meroketkan sejumlah pemain muda ke tim utama Ajax, bahkan timnas Belanda.

 

MINUS

  • Tanpa pengalaman di luar Ajax

Cela dari riwayat spesial De Boer ialah pengalamannya melatih hanya dilalui bersama satu klub: Ajax.

Sebelumnya, ia cuma menimba ilmu sebagai pelatih tim junior De Amsterdammers pada 2007-2010 dan menjadi asisten pelatih timnas Belanda, Bert van Marwijk, di Piala Dunia 2010.

Inter Milan bakal menjadi klub pertama FdB di luar Ajax. Sang meneer harus beradaptasi lagi dengan gaya, karakter, dan kultur kepelatihan di Serie A Italia.

Apalagi, level kompetisi antara klub-klub di Liga Italia jelas tak bisa disamakan dengan kondisi di Eredivisie.

  • Kutukan cup competitions

Meski sempat membawa Ajax mendominasi Liga Belanda, De Boer dihampiri kutukan kegagalan pada ajang cup competitions atau nonliga.

Keberuntungannya seperti sering pudar di partai final. Ajax asuhan De Boer kalah pada tiga partai puncak Piala Super Belanda dan dua kali di final Piala Belanda.

Riwayatnya di kompetisi antarklub Eropa juga tidak terlalu cemerlang.

Bersama De Boer, Ajax selalu gagal lolos ke fase gugur Liga Champions. Pada edisi terakhir di 2015-2016, Ajax malah rontok di fase Kualifikasi III di tangan klub Austria, Rapid Wien.

[video]https://video.kompas.com/e/5074774910001_v1_pjuara[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P