Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Selasa (2/8/2016) pagi di Lapangan Yon Zikon 14 Srengseng Sawah, Jakarta, pelatih Paulo Camargo dan asisten pelatih, Denimar Carlos, tak bergegas berganti pakaian latihan serta masih duduk di kursi mobilnya kendati waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB, di mana latihan Persija harusnya dimulai.
Penulis: Ferry Tri Adi/Gatot Susetyo/Yosrizal
Tak lama kemudian, arsitek asal Brasil itu menuju ruang ganti pemain diikuti Presiden Persija, Ferry Paulus. Ruang ganti pun mendadak sunyi.
Setengah jam berselang, Camargo ditemani dua asisten pelatih, Carlos dan Nimrot Manalu, keluar dari ruang ganti tanpa diikuti pemain.
Masih tetap dengan kemeja putih dan celana jin hitam panjang plus kacamata hitam. Pemain, staf pelatih sisanya, serta presiden klub masih belum meninggalkan ruang ganti.
Camargo pun langsung mendatangi wartawan dan memberikan sepucuk surat.
“Ini surat yang saya tulis berisi ucapan terima kasih dan permintaan maaf kepada yang sudah mendukung klub ini, Jakmania, manajemen, pemain, staf pelatih, dan tentu media. Persija membutuhkan perubahan. Karena itu, saya harus pergi. Padahal, saya mau bertahan di sini. Saya sudah menjelaskan tentang situasi di tim. Kami berada dalam kondisi sulit. Keputusan saya ini tentu dengan maksud agar Persija bisa lebih baik,” tulis eks nakhoda Persibo Bojonegoro itu.
Hari itu merupakan hari resmi Macan Kemayoran ditinggal Camargo dan dua asistennya, Carlos serta Nimrot. Hari yang mengejutkan semua pihak di klub ibu kota itu.
“Saya jadi agak kaget dan panik. Kemarin sore Camargo minta bicara dengan saya, tapi saya tidak bisa. Saya pikir mau bicara soal pemain atau teknis tim. Namun, ternyata dia minta mengundurkan diri. Dia datang secara ksatria karena merasa gagal mengangkat tim,” kata Ferry Paulus.
Ya, selama tujuh pekan TSC 2016, performa Persija menjadi sorotan. Macan Kemayoran tidak pernah menang dalam tujuh laga terbaru (enam kalah dan satu seri).