Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Baca Juga:
Kenyamanan yang dirasakan Cia juga didukung atmosfer bersahabat dari penggawa PBR.
“Saya sebagai wanita dalam sepak bola laki-laki justru merasa dihargai. Dari pemain, pelatih, dan bahkan keluarga pemain tidak ada yang memandang sebelah mata profesi saya,” ujar wanita kelahiran Jakarta tersebut.
"Semuanya bekerja profesional saja. Saya juga sudah dekat dengan mereka," lanjutnya.
Cia juga merasa tertantang bergelut di sepak bola, apalagi jika berkaitan dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya.
“Fisioterapi adalah ilmu yang menitikberatkan memperbaiki gangguan fungsi alat gerak atau fungsi tubuh yang terganggu. Waktu saya kuliah dulu, jurusan fisioterapi punya kekhususan, misalnya anak dan olahraga," kata perempuan berdarah Manado-Sunda-Palembang itu.
"Namun, saya merasa tertantang untuk masuk ke dunia olahraga. Tantangannya lebih besar di sepak bola, yaitu bagaimana caranya bisa bikin pemain cepat bertanding lagi," lanjutnya.
Saat ini Cia ingin fokus kepada klinik fisioterapi miliknya dan belum ingin kembali masuk ke sepak bola.
“Ada banyak tawaran dari klub, tapi belum cocok. Saya belum bisa meninggalkan klinik karena baru berdiri. Kalaupun menerima tawaran dari klub, sepertinya yang di Jakarta saja,” kata Cia.