Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Berdasarkan jajak pendapat yang digelar oleh Daily Mirror, Chelsea berada di urutan teratas daftar tim yang paling dibenci masyarakat Inggris pada 2016, menggantikan Manchester United.
Penulis : Sem Bagaskara
Beberapa hari berselang usai Daily Mirror mengumumkan hasil jajak pendapat tersebut, Chelsea kebanjiran kalimat kebencian, terutama dari pendukung Liverpool.
Penyebabnya adalah tekel horor yang didaratkan gelandang The Blues, Cesc Fabregas, ke kaki pemain anyar Liverpool, Ragnar Klavan, dalam ajang International Champions Cup (ICC) 2016, 27 Juli lalu.
Akibat dari tekel sembrono tersebut, Fabregas langsung diusir keluar lapangan oleh wasit.
Manajer Chelsea, Antonio Conte, mengungkapkan keprihatinan kepada Klavan. Namun, ahli strategi Italia itu tak mutlak mengutuk aksi berbahaya Fabregas.
“Saya menginginkan tim saya bermain agresif. Saya senang jika anak asuh saya menampilkan agresivitas dan intensitas tinggi," ujar Conte.
"Saya selalu memberikan identitas kepada tim. Saya berupaya mentransfer hal ini kepada pemain. Saya senang karena melihat sikap yang tepat," kata eks pelatih Siena dan Juventus itu menambahkan.
Conte ibarat menyuruh anak asuhnya meneruskan tabiat yang membuat Chelsea dibenci: bermain rapat dan gahar.
Liverpool bukan sekali ini saja dibuat geram dengan pendekatan disiplin Chelsea.
Taktik parkir bus Chelsea arahan Jose Mourinho membuyar kan asa Liverpool meraih titel Premier League 2013/14.
Waktu itu, Chelsea berhasil menekuk Liverpool 2-0 pada pekan ke-36 liga, Pragmatisme ala Mourinho kemudian berbuah gelar Premier League bagi The Blues pada 2014/15.
Filosofi antara Mourinho dan Conte mirip-mirip. Keduanya sama-sama penggemar sepak bola intensitas tinggi disertai dengan disiplin posisi dan taktik.
Conte layak menuntut Chelsea lebih agresif, sekalipun tekel Fabregas dalam bentrokan melawan Liverpool di ICC 2016 tak bisa pula dibenarkan.
Ketika sukses mengamankan titel Premier League 2014/15, penggawa The Blues secara total mengoleksi 73 kartu kuning plus empat kartu merah.
Catatan yang tergolong minor untuk ukuran klub papan atas semodel Chelsea. Rapor kedisiplinan Fabregas dkk. ketika itu adalah yang terburuk keenam di liga.
Koleksi kartu kuning The Blues bahkan cuma berselisih dua biji dari milik juru kunci Premier League 2014/15, Queens Park Rangers (75).
Namun, Conte paham bahwa jika ingin kembali bersaing di jalur juara, Chelsea mesti segera menampakkan taring mereka lagi. Musim lalu, The Blues terbilang lebih lunak kepada lawan.
Perolehan kartu kuning personel London Biru turun menjadi "hanya" 58 biji. Chelsea pun terdampar di posisi ke-10 pada akhir musim.
Sepak bola indah nan mengalir memang nyaris tak pernah menjadi identitas Chelsea era Roman Abramovich. Mereka selama ini lebih akrab dengan pragmatisme.
Karena itu sangat wajar jika Conte mengimbau anak asuhnya agar kembali ke khitah. Ciri khas lain The Blues yang mulai mampu dimunculkan Conte adalah pertahanan solid.
Ketika berduel di ajang ICC 2016, personel Liverpool terlihat kehabisan akal untuk menggempur tembok yang dibangun John Terry dkk.
"Ketika sebuah tim dengan kualitas seperti Chelsea bertahan sangat dalam, maka semua tim di dunia akan mendapatkan masalah," kata Manajer Liverpool, Juergen Klopp, memuji kinerja Conte.
[video]https://video.kompas.com/e/5057048450001_v1_pjuara[/video]