Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pada Maret 2003, The White Stripes meluncurkan single Seven Nation Army dari album bertajuk Elephant. Berselang 13 tahun, lagu tersebut menjelma menjadi anthem tak resmi olah raga, khususnya sepak bola.
Siapa yang tak bakal ikut bersenandung ketika tujuh not legendaris Seven Nation Army mulai bersenandung? Di Piala Eropa 2016, kor Ohh... oh-oh-oh oh ohh... ohh... terdengar setelah gol terjadi.
Di Benua Biru, para penggemar sepak bola menyebut lagi itu po po po po song. Di masa terbaiknya, Seven Nation Army hanya mencapai peringkat 76 dalam chart Billboard Hot 100 Amerika Serikat, posisi relatif terhormat buat lagu beraliran rock alternatif.
Di Britania Raya, peringkat terbaik lagu tersebut mencapai posisi tujuh, namun yang tertinggi ada di Italia dengan menempati peringkat tiga.
Tak ada yang menyangka setelah melewati 2003, lagu Seven Nation Army masih menjadi favorit, bahkan hingga kini setelah band The White Stripes bubar pada 2011.
Lantas, bagaimana bisa Po po po po song bisa melegenda? Teori sederhana bahwa intro lagu tersebut sangat catchy menjadi alasannya.
Awal Seven Nation Army bisa menjadi "lagu sepak bola", seperti diungkap oleh Deadspin, terjadi pada 22 Oktober 2003.
Di sebuah bar di Kota Milano, kelompok penggemar Club Brugge yang sedang menunggu sepak mula laga timnya kontra AC Milan di ajang fase grup Liga Champion mendengar tujuh not legendaris Da...da-DA-da da DAAH DAAH. Mereka senang dengan lagu tersebut dan mulai menyanyikannya bersama.
Lagu tersebut pun dibawa masuk ke San Siro. Di tengah laga, Blue Army, kelompok superter Club Brugge menjadikannya sebagai lagu buat dukungan kepada Brugge. "Nada yang sangat catchy," tutur Geert De Cang kepada Deadspin.