Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Siapa ratu tenis dunia? Jika hal itu ditanyakan ke kakak sepupu saya, Helen, maka dengan cepat ia menjawab Steffi Graff (Jerman). Ya, jawaban itu tidak salah. Sebanyak 22 gelar Grand Slam tunggal putri bahkan sapuan bersih tahun 1988 dengan 4 gelar Grand Slam plus emas Olimpiade adalah bukti nyata prestasi Graff.
Waktu terus berjalan dan persaingan tenis tunggal putri pun terus bergulir.
Nama-nama seperti Lindsay Davenport dan Jennifer Capriati dari Amerika Serikat, juga Martina Hingis dari Swiss adalah nama-nama yang menghiasi persaingan berikut.
Prancis melalui Mary Pierce, Amelie Mauresmo, dan Marion Bartoli juga hadir menghiasi trophy grand slam.
Sejarah juga mencatat bahkan Belgia punya 11 gelar grand slam di tunggal putri pascaera Steffi Graff, 7 gelar dari Justine Henin dan 4 lainnya dari Kim Clijsters.
Rusia pun tak ketinggalan, Anastasia Miskyna, Kutzenova dan si cantik Maria Sharapova adalah juara grand slam.
Belum lagi ada nama Victoria Azarenka dari Belarusia dengan 2 gelarnya di Australia Open.
Bagaimana dengan Asia? Ada Li Na (China) dengan masing-masing satu gelar di Perancis dan Australia Open.
Dari data di atas tak lengkap kalau saya tidak menuliskan fenomena Wlliams bersaudara.
Sejak Serena Williams juara di AS Terbuka tahun 1999, total 28 gelar grand slam tunggal putri diraih duo Williams tersebut.
Venus Williams punya 7 gelar: lima di Wimbledon dan dua di US Open.
Sisanya, 21 gelar tunggal ada di lemari Serena Williams.
Menilik jumlah gelar tersebut, tinggal satu gelar lagi yang ia perlukan untuk menyamai rekor Steffi Graff.
Ya, buat sebagian orang yang lahir di tahun 2000an, mungkin jika ditanya siapa ratu tenis dunia? Jawabannya Serena Williams.
Hari ini kita akan kembali melihat Serena di final Prancis Terbuka/Roland Garros.
Serena akan berusaha mempertahankan gelar yang direbutnya tahun lalu.
Tak usah kita membahas bagaimana Serena bisa kembali ke final.
Dia punya segalanya, pukulan lengkap, strategi variatif, ditambah fisik prima serta kematangan pengalaman adalah alasan kenapa Serena boleh meluncur ke final.
Apakah itu semua akan membuat Serena dengan mudah juara? Tunggu dulu.
Petenis asal Spanyol, Gabi Muguruza, adalah lawan terbaik Serena saat ini.
Kalau Spanyol punya cerita jagoan tenis di tunggal putra bahkan di arena tanah liat. itu adalah fakta yang tak bisa dipungkiri.
Di era Open, ada nama Sergi Bruguera, Carlos Moya, Albert Costa dan Juan Ferrero terukir di trophy Prancis Terbuka sebagai juara.
Belum lagi si raja Roland Garros, Rafael Nadal, dengan 9 gelarnya.
Bagaimana di bagian putri?
Sesungguhnya di masa jaya Steffi Graff, Spanyol punya duo pemain yang selalu bisa menyulitkan Graff.
Anda tentu ingat bagaimana Conchita Martinez dan si cantik Arantxa Sanchez Vicario yang mengharumkan Spanyol di kancah tenis putri.
Namun, sejak Arantxa Sanchez mengangkat trofi Prancis Terbuka 1998, kita belum lagi melihat putri Spanyol jadi kampiun Grand Slam.
Bagi Muguruza, ini adalah final keduanya di Grand Slam. Tahun 2015 di Wimbledon, Muguruza gagal mejadi yang terbaik.
Di turnamen yang mengharuskan seluruh pemain menggunakan warna putih di seluruh ornamen yang dipakai (kaos, celana/rok, ikat kepala, kaos kaki), Muguruza tumbang dari Serena Williams.
Itulah gelar ke-21 Serena. Saat ini adalah kesempatan baik bagi Muguruza.
Nah, kalo Angelique Kerber telah melakukannya di Australia Terbuka 2016 lalu untuk melepas dahaga Jerman pascaGraff, mungkinkah Muguruza memberikannya bagi Spanyol?
Ingat, lawan keduanya adalah si ratu tenis dunia saat ini, Serena.
Kalau itu terjadi maka Serena harus kembali bersabar untuk bisa menyamai 22 gelar Graff di era Open.
So, yang mana dipilih semesta, Serena or Muguruza? Anda sendiri? Hmmm...