Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Hanya dalam tempo dua musim, seruan Madridistas menyambut la decima bergeser menjadi undecima. Namun, jika dua musim lalu mimpi gelar ke-10 di ajang Liga Champions, menjadi kenyataan, kali ini justru bisa berakhir pilu.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Memang, lawan yang akan dihadapi Real Madrid pada laga final LC 2015/16 di San Siro, Sabtu (28/5/2016), masih Atletico Madrid, tim yang mereka taklukkan 4-1 di Lisabon.
Real Madrid juga disokong sejarah apik saban melakoni partai puncak ajang sepak bola antarklub terwahid seantero Eropa itu. Madrid menyabet 10 titel dalam 12 percobaan mereka.
Sebaliknya, Atleti selalu gagal di kedua upaya sebelumnya.
Selain kekalahan dari rival sekotanya itu, Los Colchoneros juga sempat tumbang dari Bayern Muenchen di final 1973/74.
Akan tetapi, dalam rentang 24 bulan sejak kekalahan di Lisbon itu, terjadi perubahan besar pada tubuh Atleti.
Terutama dalam urusan rivalitas sepasang tim berbalut el derbi Madrileno tersebut.
Dari total 10 derbi sekota kontra Real di seluruh kompetisi, Atleti hanya kalah sekali. Sebanyak lima partai berhasil mereka menangi, sedangkan empat duel sisanya berujung imbang.
Tak cuma itu, penyempurnaan tim yang dilakukan Diego Simeone semakin membuat Atleti sulit dikalahkan.
Koleksi 34 clean sheet (24 di La Liga, 3 di Copa del Rey, dan 7 di LC) yang diukir sepanjang 2015/16, menjadi bukti sahih perihal kukuhnya lini pertahanan Diego Godin dkk.
Fisik Prima
Dari sisi ofensif pun Atleti tampak memukau. Bukan dari perspektif jumlah gol yang berhasil disarangkan, tapi lebih pada persebaran gol-gol tersebut.
Meski tokoh utamanya Antoine Griezmann (32 gol), pemain-pemain seperti Fernando Torres, Saul Niguez, Angel Correa, Koke, Yannick Ferreira- Carrasco, Luciano Vietto, hingga Thomas Partey, ikut berkontribusi dalam menyumbang gol-gol penting.
“Memikirkan soal Lisbon tak akan berguna bagi kami. Kami harus berpikir untuk menang, dan kami sering mengalahkan Madrid,” kata Gabi Fernandez, kapten Los Rojiblancos, seperti dikutip Marca.
“Kami kini lebih siap secara mental maupun fisik,” ujar Saul menimpali di As.
Salah satu titik lemah Atleti di final dua musim lalu memang aspek fisik. Trigol yang lahir di babak perpanjangan waktu datang dari sektor kanan pertahanan milik Juanfran.
Kala itu bek kanan La Furia Roja tersebut terlilit masalah pada hamstring.
Namun, Simeone tak bisa melakukan pergantian lagi karena sudah memakai tiga pemain cadangan.
Baca Juga:
Di musim ini, Atleti praktis tak terganggu isu keletihan fisik.
Ditambah fakta bahwa perjalanan mereka ke final diwarnai kemenangan atas Barcelona dan Muenchen, dua tim terfavorit, semakin besar porsi probabilitas Atleti bertakhta di Milano.
“Kami memperkirakan laga yang sengit dengan sajian kuaitas level tinggi. Konsentrasi kami harus optimal, karena di sebuah partai final, hasil akhir kerap ditentukan hal-hal detail. Tim yang menang adalah tim yang lebih sedikit membuat kesalahan,” kata Sergio Ramos.
Atleti memiliki persentase lebih kecil dalam membuat kesalahan elementer.
Namun, Madrid tetap Madrid, yang tahu bagaimana melewati pahit getirnya sebuah final LC.