Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ganda putra terbaik dunia, Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong, berhasil keluar dari tekanan ketika bertemu pasangan terbaik China, Fu Haifeng/Zhang Nan, pada perempat final Piala Thomas di Kunshan Sports Centre, Kamis (19/5/2016).
Laporan langsung Aloysius Gonsaga Angi Ebo dari Kunshan, China
Kalah 23-25 pada gim pembuka, Lee/Yoo bisa membalikkan situasi meskipun mendapat tekanan besar dari publik tuan rumah. Pada dua gim terakhir Lee/Yoo menang 23-21, 21-12.
Pada gim pembuka, suporter tuan rumah nyaris tak pernah berhenti memberikan semangat kepada Fu/Zhang. Ini membuat pasangan nomor tiga dunia tersebut bermain seperti kesetanan dengan terus melakukan serangan. Meskipun demikian, Lee/Yoo yang memiliki pertahanan tangguh, bisa mengejar dan memaksa deuce sebelum kalah 23-25.
Gim kedua, Lee/Yoo sempat tertinggal 8-13 sebelum mengejar dan membalikkan keadaan. Tujuh poin beruntun yang diraih membuat mereka balik unggul 15-13 untuk mendapatkan momentum.
Namun saat unggul 18-17 dan dalam posisi sangat menguntungkan untuk menambah poin, kejadian kurang enak menimpa Lee Yong Dae. Saat Zhang Nan dan Fu Haifeng terjatuh karena berusaha melayani permainan mereka, shuttlecock hasil smash keras Lee Yong Dae menyangkut di net. Ternyata, senar raket Lee Yong Dae putus sehingga pukulannya tidak sempurna.
Ini membuat Fu/Zhang bisa menyamakan kedudukan menjadi 18-18 dan pasangan China tersebut mampu menambah dua poin untuk meraih match point. Sayang, servis Fu Haifeng yang dinyatakan fault, memberikan angin segar kepada Lee/Yoo yang bisa menyusul untuk memaksa deuce. Lagi-lagi Fu/Zhang meraih match poin 21-20, tetapi Lee/Yoo mengejar dan meraih kemenangan 23-21.
Gim ketiga mutlak milik Lee/Yoo. Permainan agresif yang diterapkan pasangan terbaik dunia ini memaksa Fu/Zhang hanya bisa bertahan. Melihat pemain andalan mereka menjadi bulan-bulanan lawan, suporter China hanya tertegun. Sorakan suporter yang sebelumnya terus menggema, nyaris tak terdengar lagi saat Lee/Yoo kian jauh memimpin dengan skor 14-8.
Ada segelintir penonton yang terus memberikan dukungan, tetapi suara mereka tak lagi seirama. Keadaan kian senyap saat Lee/Yoo unggul 19-10, sebelum duel berdurasi 1 jam 36 menit itu berakhir dengan skor 21-12 untuk Korea Selatan.
Publik tuan rumah sempat bergembira lagi tatkala Lin Dan masuk sebagai tunggal kedua untuk memainkan partai ketiga. Dominasi pemain nomor tiga dunia itu atas Lee Dong Keun sempat membangkitkan kembali harapan suporter, yang tentu saja menginginkan negaranya lolos ke semifinal. Lin Dan menyudahi pertandingan selama 51 menit itu dengan kemenangan 21-10, 21-15 sekaligus memaksa pertandingan berlanjut ke partai keempat.
Li Junhui/Zheng Siwei memikul tanggung jawab untuk meraih kemenangan agar bisa menyamakan skor menjadi 2-2, saat melawan Kim Gi Jung/Kim Sa Rang. Ibarat pepatah "jauh panggang dari api", impian suporter tidak menjadi kenyataan karena permainan duo Kim tersebut sangat mengesankan. Mereka memenangi gim pertama dengan 21-15.
Melihat peluang ganda kedua negaranya itu kesulitan meladeni permainan Kim/Kim, suporter secara perlahan mulai beranjak. Satu per satu mereka "kabur", sehingga tribune terlihat lengang. Padahal sebelumnya, nyaris semua kursi tribune terisi. Kekosongan itu membuat sorakan segelintir suporter Denmark justru lebih menggema setelah timnya menyingkirkan juara bertahan Piala Thomas, Jepang, dengan skor ketat 3-2.
Tanpa dukungan suporter lagi, pasangan China itu pun menyerah dengan skor 18-21. Padahal Junhui/Siwei sempat berusaha mengejar dan memangkas ketinggalan 14-18 menjadi 18-19. Tetapi momentum yang sudah berada di genggaman Kim/Kim membuat pasangan Korea Selatan itu kembali mendapatkan angin untuk meraih dua poin terakhir sekaligus memastikan Korea Selatan lolos ke semifinal menghadapi Indonesia.