Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Di balik kesuksesan Liverpool FC melaju ke final Liga Europa 2015-2016, muncul problem yang melanda mereka sepanjang musim.
Klub beralias The Reds (Si Merah) sangat payah dalam akurasi tembakan dan pemanfaatan peluang menjadi gol.
Khusus pada ajang Liga Europa, Liverpool menjadi tim paling sering menghunjamkan tembakan ke area pertahanan lawan.
The Reds mencatat total 235 percobaan, jauh di atas tim pengoleksi tembakan terbanyak kedua, Borussia Dortmund (193).
Hanya, frekuensi tinggi tersebut tak dibarengi ketepatan mencapai target. Cuma 87 shots atau 37 persen tembakan mereka yang tepat sasaran.
Sisa 148 upaya meleset ataupun sukses diblok pemain lawan. Penyakit penghamburan peluang ini nyata berdampak terhadap minimnya produktivitas Liverpool.
Dari 14 partai hingga menjejaki final, The Reds mencetak 18 gol atau minus 5 buah dari trio tim tersubur LE musim ini, Napoli, Athletic Bilbao, dan Villarreal (23 gol).
Dengan kata lain, Liverpool rata-rata harus melepaskan 13 tembakan untuk mencetak setiap golnya!
Problem pemubaziran peluang menjalar ke kompetisi Premier League. Total, The Reds mencatat 629 tembakan atau terbanyak kedua setelah Tottenham Hotspur (658).
Akan tetapi, angka 63 gol mengartikan Liverpool rata-rata butuh melepaskan 10 shots demi mencetak satu gol.
[video]https://video.kompas.com/e/4894952090001_ackom_pballball[/video]
Minimnya level akurasi dan persentase konversi peluang Liverpool bisa ditelusuri dari ketiadaan penembak jitu dalam bentuk predator ganas di lini depan.
Gelandang serang Philippe Coutinho tercatat sebagai pemain The Reds dengan jumlah tembakan meleset terbanyak di LE musim ini. Pemuda Brasil itu memiliki 12 upaya tidak tepat sasaran dan 14 percobaan yang diblok lawan.
Di bawah Coutinho ada rekan senegaranya, Roberto Firmino (10 shots off target). Garis merah dari kedua pemain itu ialah peran natural mereka bukan predator atau ujung tombak di lini depan.
Coutinho dan Firmino lebih sebagai penyokong sang tombak yang bertugas menginisiasi serangan lewat suplai matang di sepertiga akhir lapangan.
Karena itu, bisa dimaklumi apabila kemampuan akurasi tembakan mereka tidak begitu baik. Kemampuan itu harusnya dimiliki seorang penyerang tengah top, yang masih diidamkan Liverpool.
Idealnya, Christian Benteke bisa menutupi kerinduan akan figur predator yang dimaksud. Cuma, striker Belgia itu dinilai gagal memenuhi ekspektasi klub setelah dibeli seharga Rp 627 miliar dari Aston Villa tahun lalu.
12 - Jumlah tembakan meleset yang dilepaskan Philippe Coutinho di Liga Europa musim ini, terbanyak di skuat Liverpool.
Terlepas dari gangguan cedera yang sempat menerpanya, Benteke hanya mendapat kans tampil 6 kali di LE musim ini. Rapornya ialah 1 gol, 11 tembakan tidak tepat sasaran, dan hanya 3 buah yang akurat.
Benteke memang tidak layak menjadi kambing hitam seorang diri atas munculnya problem penghamburan peluang di skuat Liverpool.
Akan tetapi, sang pemain mengakui perannya memang tidak maksimal bagi sisi ofensif The Reds.
"Saya adalah orang pertama yang mengakui bahwa saya tidak menunjukkan kinerja sesuai nilai untuk sebuah tim seperti Liverpool," kata penyerang berusia 25 tahun itu di situs Express pada Maret.
Manajer Juergen Klopp jelas harus memperbaiki efisiensi timnya saat melakoni final melawan Sevilla di Basel, Rabu (18/5/2016) atau Kamis dini hari ini WIB.
Hal itu karena Sevilla memiliki rasio konversi peluang menjadi gol yang lebih baik, yakni 13,7 persen berkat 14 gol dari 102 tembakan.
[video]https://video.kompas.com/e/4884413596001_ackom_pballball[/video]