Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Newcastle United harus kembali merasakan degradasi ke Divisi Championship setelah mengalaminya tujuh musim silam.
Kepastian Newcastle turun kasta muncul akibat kemenangan rival mereka, Sunderland, atas Everton pada laga tunda Premier League, Rabu (11/5/2016).
Dengan satu partai tersisa, koleksi 34 poin milik Newcastle di peringkat ke-18 tak cukup mengatrol mereka keluar dari zona degradasi.
Sunderland berada satu tingkat di atas mereka dengan 38 poin. Lantas, apa yang salah dengan Newcastle?
Berikut 4 hal penting penyebab klub beralias The Magpies itu terdegradasi dari sisi teknis.
1. Terlambat menunjuk Rafael Benitez
Muncul opini Newcastle mungkin bisa selamat andai tidak terlambat menunjuk Rafael Benitez sebagai pengganti posisi Steve McClaren di kursi manajer.
Benitez tak punya tongkat ajaib yang bisa menyelamatkan The Magpies dari jerat degradasi cuma dalam 10 pekan tersisa.
Tambahkan fakta bahwa ketika Rafa tiba, klub berada di posisi ke-19 dengan selisih gol terburuk kedua setelah Aston Villa.
Padahal, pria Spanyol itu sempat mengembuskan angin segar kebangkitan. Dia membawa Magpies tak terkalahkan dalam lima pekan terakhir.
Rasio kemenangan klub bersama Benitez juga mencapai 22,2 persen, sedikit mengungguli McClaren (21,4%).
Toh, kejadian kali ini bak mengulangi tragedi tujuh musim silam. Kala itu, Newcastle juga baru menunjuk Alan Shearer sebagai penerus Joe Kinnear saat liga tinggal menyisakan 8 pekan.
Hasilnya, Shearer sang legenda gagal mencegah Magpies turun kasta.
"Klub membuat kesalahan yang sama seperti tujuh tahun lalu karena tak memberikan cukup waktu buat manajer baru," ucap Shearer kepada The Sun.
2. Problem di kedua kutub lapangan
Masalah teknis penting yang menyebabkan kemerosotan Newcastle ialah munculnya kelemahan di kedua kutub lapangan.
Lini belakang dan lini depan mereka sama buruknya. Dari segi defensif, klub menderita 64 gol alias terbanyak kedua setelah tim juru kunci, Aston Villa (72).
Pada sektor berlawanan, barisan penyerang memberikan kontribusi sangat minim. Tak heran bila pemain tersubur justru muncul dari lini tengah, yakni Georginio Wijnaldum.
Gelandang Belanda tersebut mencetak 9 gol, itu pun dengan 4 buah di antaranya muncul dalam satu laga saat menghadapi Norwich (18/10/2015). Sumbangan bomber Aleksandar Mitrovic kalah satu gol dari Wijnaldum.
3. Rekor buruk lawan pesaing papan bawah
Newcastle sempat terlihat perkasa ketika menekuk Tottenham Hotspur dan Liverpool FC pada dua pekan perdana Desember 2015.
Cuma, performa sebagai kerikil tim besar tak cukup karena mereka justru kepayahan kala meladeni sesama tim papan bawah.
Dalam rekor head-to-head versus 10 tim peringkat terbawah musim ini, Newcastle cuma meraup 18 poin.
Lagi-lagi, catatan itu hanya lebih baik daripada sang juru kunci, Aston Villa (13 poin).
4. Pembelian pemain tidak efisien
Newcastle United menghabiskan dana 77,5 juta poundsterling untuk belanja pemain baru musim ini. Akan tetapi, kuras uang setara Rp 1,4 triliun itu tak mampu mengangkat prestasi klub.
Pembelian pemain mahal tidak efisien karena banyak dari mereka yang tak berkontribusi sesuai harapan dan harga di atas surat kontrak.
Pemain termahal, Wijnaldum (14,5 juta pounds), punya andil besar, tetapi tak diimbangi oleh rekannya di lini depan, Mitrovic (13 juta).
Florian Thauvin (12) malah dipinjamkan lagi ke Marseille pada bursa Januari setelah gagal mencetak gol maupun assist di liga.
Kehadiran Andros Townsend memberikan angin segar karena ukiran 4 gol dan 2 assist sejak tiba awal tahun ini. Cuma, kinerjanya tak diimbangi mayoritas rekan yang lain.
[video]https://video.kompas.com/e/4883327776001_ackom_pballball[/video]