Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Leicester City sukses mengejutkan para penggemar sepak bola Inggris. Pada Senin (4/5/2016), klub berjulukan The Foxes itu resmi dinobatkan sebagai juara Premier League musim 2015-2016.
Leicester dipastikan menjadi juara liga setelah pesaing terdekatnya, Tottenham Hotspur, hanya bermain imbang 2-2 kala menyambangi markas Chelsea di Stadion Stamford Bridge.
Dengan dua laga tersisa, Tottenham yang mengemas 70 angka dari 36 pertandingan pun tak akan bisa mengejar perolehan 77 poin milik Leiceseter.
Keberhasilan ini jelas menjadikan Claudio Ranieri sebagai sorotan utama publik. Pelatih asal Italia itu dianggap berkontribusi besar dalam membawa Leicester ke tangga juara.
Namun, prestasi itu mungkin tak terwujud andai tak ada campur tangan Steve Walsh. Ia adalah sosok yang menemukan Jamie Vardy (dari Fleetwood Town), N'Golo Kante (Caen), dan Riyad Mahrez (Le Havre).
Kehadiran tiga pemain tersebut menjadi salah satu faktor kunci kesuksesan Leicester merengkuh gelar juara Premier League.
Vardy, 29 tahun, menasbihkan diri sebagai pencetak gol terbanyak klub. Hingga pekan ke-36, Vardy sukses melesakkan 22 gol dari 34 pertandingan.
Demikian halnya dengan Mahrez dan Kante. Kedua gelandang yang sama-sama berusia 25 tahun itu turut memberikan warna tersendiri dalam permainan Leicester.
Mahrez dipercaya Ranieri untuk beroperasi di sisi kanan. Dari 35 laga Premier League, pemain asal Aljazair itu sanggup menorehkan pencapaian gemilang, 17 gol dan 10 assist.
Sementara itu, Kante berposisi sebagai gelandang bertahan. Kemampuan anggota baru tim nasional Prancis tersebut tak bisa disepelekan.
Kante berhasil menguasai lapangan tengah, serta merusak serangan tim lawan yang berpeluang dalam penciptaan serangan balik cepat.
Peran krusial Kante dapat dibuktikan dari catatan statistik tackling-nya. Berdasarkan Whoscored, Kante tercatat melakukan hingga 4,5 tackling per laga.
Peringatan dari Ranieri
Bukti sahih betapa pentingnya peran Welsh bagi Leicester adalah permintaan Ranieri pada Maret 2016. Kala itu, Ranieri mengimbau pihak klub untuk mempertahankan Walsh.
Maklum, kontrak Walsh bersama Leicester tinggal menyisakan satu tahun. Ranieri pun tak mau Leicester kehilangan pemandu bakat sekaligus asistennya tersebut.
"Sangat penting untuk mempertahankan mereka," ujar Ranieri seperti dikutip dari The Mirror, Kamis (10/3/2016).
"Saya meminta mereka untuk menandatangani kontrak yang serupa dengan kontrak saya, karena saya memiliki hubungan yang sangat bagus dengan para staf. Kontrak mereka adalah prioritas," tuturnya.
Alasan lain Ranieri ingin mempertahankan Walsh adalah hubungan di antaranya kedua yang telah terjalin sejak lama. Ranieri dan Walsh sudah saling bahu membahu kala keduanya masih di Chelsea.
Bukan wajah baru di Leicester
Walsh sesungguhnya bukan orang baru di Leicester. Sebelum menjadi pemandu bakat seperti sekarang, Walsh pernah dikenal sebagai mantan bek Leicester pada periode 1986-2000.
Selama itu, Walsh tercatat menorehkan 369 penampilan dengan mencetak 53 gol. Ia juga berjasa mengatarkan Leicester juara Piala Liga Inggris pada musim 1996-1997.
Walsh pun dipercaya oleh Brian Little, Manajer Leicester pada 1991-1994, untuk mengenakan ban kapten. Pada masa itulah, pendukung Leicester menjulukinya Captain Fantastic.
Selepas dari Leicester, Walsh hijrah ke Norwich City (2000-2001). Kemudian ia melanjutkan petualangan ke Tamworth (2001-2002), Coventry City (2002), dan kembali ke Tamworth untuk menyudahi karier di sana pada 2003.
[video]https://video.kompas.com/e/4873496495001_ackom_pballball[/video]