Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Dua Sisi Liverpool: Jago 'Comeback', tapi Rentan Kecolongan

By Beri Bagja - Jumat, 15 April 2016 | 16:31 WIB
Proses terciptanya gol penentu kemenangan 4-3 Liverpool atas Dortmund dalam laga Liga Europa yang dicetak Dejan Lovren (atas), Kamis (14/4/2016). (CLIVE BRUNSKILL/GETTY IMAGES)

Pelatih Liverpool FC, Juergen Klopp, dibanjiri pujian usai membawa timnya melakukan comeback dramatis dengan mengalahkan Borussia Dortmund 4-3 di Anfield, Kamis (14/4/2016). Hasil tersebut menegaskan dua sisi wajah Liverpool yang bertolak belakang.

Saat menjamu Dortmund pada leg II perempat final Liga Europa, Liverpool mengatasi defisit 1-3 menjadi unggul 4-3 dalam 25 menit terakhir laga.

Kemenangan itu membuat klub beralias The Reds lolos ke semifinal dengan agregat 5-4 atas Dortmund.

Kemampuan Klopp memotivasi anak buahnya hingga mampu membalikkan keadaan layak diapresiasi.

Kejadian tersebut mirip dengan comeback yang mereka alami saat menang dramatis di kandang Norwich pada ajang liga (23/1/2016).

Kala itu, Liverpool tertinggal 1-3 sampai menit ke-54, tapi lantas menuntaskan laga dengan skor 5-4 berkat gol penentu Adam Lallana di menit ke-95.

Dua bek Liverpool, Dejan Lovren (kiri) dan Mamadou Sakho, merayakan kemenangan tim mereka usai laga Liga Europa kontra Dortmund di Anfield, 14 April 2016.(SHAUN BOTTERILL/GETTY IMAGES)

Ada pula contoh kebangkitan yang lain. Pada duel Piala Liga lawan Southampton (2/12/2015), James Milner cs dikejutkan oleh gol cepat Sadio Mane pada menit pertama.

Apa yang terjadi selanjutnya? Liverpool membalas aksi kilat itu dengan gelontoran enam gol hingga menang 6-1!

Peristiwa comeback yang lebih segar dalam ingatan muncul ketika Reds menahan Manchester United 1-1 dalam leg II babak 16 besar LE (17/3/2016).

Gol Philippe Coutinho (menit ke-45) menebus kebobolan Liverpool akibat aksi Anthony Martial (32').

Akan tetapi, status Reds sebagai jago comeback di bawah asuhan Klopp disertai rapor tak mengesankan soal kerentanan mempertahankan keunggulan.

Liverpool juga sering kecolongan setelah memimpin lebih dulu. Dalam sebulan terakhir saja mereka mengalaminya tiga kali.

Pada duel liga di kandang Southampton (20/3/2016), gol-gol Coutinho dan Daniel Sturridge (17', 22') membawa Liverpool unggul 2-0 pada babak I.

Musibah tiba pascajeda. Trigol balasan musuh yang dicetak Mane (2 gol) dan Graziano Pelle menyebabkan laga berakhir dengan kekalahan 2-3 buat Liverpool.


Penyerang Liverpool, Divock Origi (depan), berduel dengan bek Borussia Dortmund, Mats Hummels, dalam laga Liga Europa di Signal Iduna Park, 7 April 2016.(JOHN MACDOUGALL / AFP)

Sepekan kemudian, The Reds membuang keunggulan 1-0 atas Tottenham menjadi imbang 1-1 karena gol penyama skor Harry Kane.

Tren tersebut berlanjut pada partai leg I perempat final LE di kandang Dortmund (7/4/2016).

Gol Divock Origi sempat membawa Reds memimpin (36'), sebelum disamakan oleh Mats Hummels pada babak II (48').

Melihat perbedaan wajah yang bertolak belakang tersebut, awak Liverpool menyadari masih banyak hal yang mesti mereka tingkatkan.

Namun, Si Merah racikan Klopp diyakini sudah berada dalam jalur tepat untuk menjadi tim yang lebih konsisten.

"Kami tak pernah berhenti percaya terhadap diri kami sendiri," ucap Dejan Lovren, sang pencetak gol penentu kemenangan Liverpool atas Dortmund pada menit-menit akhir.

[video]https://video.kompas.com/e/4828531082001_ackom_pballball[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P