Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BELGRADE, JUARA.net – Pelita Jaya adalah klub Indonesia yang kini ’pecah’ jadi dua klub berbeda, Madura United (nama baru Persipasi Bandung Raya) dan Arema Cronus. Tapi, klub itu ternyata ’melahirkan’ pelatih hebat di Liga Super Serbia atau Serbian SuperLiga.
Klub kasta tertinggi kompetisi di Serbia, Red Star Belgrade, sampai kini belum pernah terkalahkan. Klub itu ditangani Miodrag Bozovic, pelatih berusia 47 tahun asal Montenegro yang ketika masih aktif main, sempat berkarier di Asia, termasuk Indonesia.
Red Star Belgrade sampai pekan ini telah memainkan 25 laga di Liga Super Serbia. Rinciannya, klub berjulukan Crveno-beli itu sudah memenangi laga sebanyak 23 kali dengan imbang hanya dua kali dan tak pernah tumbang.
Pada pertandingan paling baru mereka, Minggu (6/3/2016), Red Star Belgrade menang 3-1 atas Jagodina. Kemenangan ini merupakan hasil positif mereka di liga berurutan dalam 23 laga mereka. Artinya, dua hasil imbang tim ini diperoleh pada dua partai awal mereka musim 2015/2016.
Miodrag Bozovic pada 15 Desember 2015 lalu ditulis oleh kolomnis Michael Yolkhin pada ESPN FC Blogs jadi pemecah rekor Red Star Belgrade. Sebab, pria dua putra ini membawa klub ini 18 kali menang berurutan di Liga Super Serbia dan itu merupakan rekor baru di sepak bola negeri itu.
Red Star Belgrade mulai ditangani Miodrag Bozovic per Juni tahun lalu dan klub itu mengakhiri musim 2014/2015 sebagai runner-up kompetisi domestik. Ayah dari Milan Bozovic dan Dejan Bozovic ini datang menjadi suksesor Nenad Lalatovic dengan catatan bagus.
Miodrag Bozovic sebelum ke Serbia menangani klub-klub Russian Premier League atau Liga Rusia seperti tiga klub asal Moskow; FC Moscow, Dynamo Moscow, dan Lokomotiv Moscow. Namun prestasi terbaikinya di Rusia saat melatih FC Rostov.
Dia membawa Rostov memenangi Piala Rusia musim 2013-2014. Musim lalu, Miodrag Bozovic mundur dari Lokomotiv Moscow usai klub itu memastikan melaju ke final Piala Rusia. Lokomotiv akhirnya memenangi trofi ajang ini.
Untuk karier bermain Miodrag Bozovic, dia pernah jadi bagian kejayaan Red Star Belgrade era 1990-an saat Yugoslavia belum bubar. Bersama klub ini, dia memenangi Piala Yugoslavia edisi 1992-1993. Lalu setahun kemudian Miodrag Bozovic pergi ke Indonesia.
Klub milik keluarga Bakrie, Pelita Jaya, mengontrak Miodrag Bozovic bersama dua rekannya sesama pemain Yugoslavia, Dejan Gluscvevic dan Milorad Bojovic. Mereka bertiga adalah rombongan pemain asing edisi perdana di Liga Indonesia (Ligina).
Miodrag Bozovic bertahan dua tahun di Indonesia lalu ke Siprus gabung APOP Kinyras Peyias. Dia lalu gabung klub Belanda, RKC Waalwijk, setelah itu ke Jepang membela Avispa Fukuoka. Pada 1999, klub Belanda RBC Roosendaal jadi tim terakhirnya sebelum pensiun.
Mantan bek Yugoslavia U-21 ini mengawali dunia kepelatihan pada medio 2000-2001 dengan melatih klub Serbia, FK Beograd. Di negerinya, sebelum Serbia dan Montenegro pecah, dia punya julukan Grof atau Count of Earl.
Julukan itu diberikan kepada pria dengan tinggi badan 196 cm karena penampilan dan gaya busananya yang elegan. Banyak yang mengatakan, Miodrag Bozovic berpenampilan dengan pengaruh fashion Italia.