Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Rio ini selalu menyempatkan diri menghibur para penghuni panti asuhan. Penggemar pecel ini membagikan kisah dan pengalamannya, seperti seorang kakak bercerita kepada adik-adiknya.
Sikap rendah hati atau tawadhu itu pun tak lepas dari pendidikan agama yang diberikan oleh orangtuanya. Saat deg-degan menunggu pengumuman siapa pebalap kedua Manor, Rio lebih memilih berserah kepada-Nya.
"Saya (per)banyak tahajud," kata Rio saat ditanya apa yang dilakukannya sambil menunggu pengumuman resmi Manor.
Sisi religius dia juga bisa terlihat dari kokpit mobil balap yang dikemudikannya. Sejak masih menjadi pebalap di Formula Asia 2.0 pada 2008, Rio selalu menempatkan tulisan ayat kursi di ruang kemudinya. Menurut dia, hal itu bisa menghadirkan ketenangan saat berlomba.
"Rencananya, dia juga akan melakukan hal serupa di Manor. Namun, harus mendapatkan izin terlebih dahulu," ucap Indah Pennywati.
"Sisi rohani Rio cukup kuat dan siap. Salatnya masih rutin. Dia juga rajin tahajud," ujar sang ibunda.
Kerendahan hati itu pun ditunjukkan Rio saat menghadapi kritik yang menerpanya sejak berencana memulai karier di F1. Menghadapi kritik terkait kemungkinan penggunaan uang negara dalam membiayai balapannya, Rio tak mau melawannya dengan kata-kata.
Dia hanya berjanji agar bisa membalasnya dengan prestasi demi mengibarkan Sang Merah Putih.
"Sekarang, giliran saya berjuang untuk memberikan prestasi lebih kepada Indonesia," kata pebalap dengan nomor mobil 88 ini.
Berada di balik kemudi F1 barulah puncak pertama dari karier seorang pebalap. Puncak kedua tentu saja menjadi juara dunia, seperti halnya Schumacher, di ajang tersebut.