Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ada sebuah rekaman yang selalu diputar di layar besar White Hart Lane sebelum partai dimulai, sebuah rekaman berisi potongan-potongan pertandingan masa lalu Tottenham Hotspur.
Penulis: Dian Savitri
Rekaman itu disertai latar belakang suara yang berbunyi: “We are about the glory of the game, we are about playing with style. The curve of the ball, the billow of the net, the beating of the trap, and the picking of the lock. We are Ginola, Greaves, Klinsmann. We are the collective gasp, the intake of breath, the flick, the trick, the 30-yard free-kick...”
Yang jarang terdengar dari kata-kata pembangkit semangat itu adalah soal pertahanan. Tottenham tidak dikenal sebagai klub yang memiliki pertahanan ketat.
Bahkan, ketika mereka meraih gelar ganda pada 1961, Spurs kebobolan delapan gol lebih banyak dibanding runner-up liga, Sheffield Wednesday.
Namun, semuanya berubah musim ini. Dalam 26 pertandingan di Premier League, Spurs baru kebobolan 20 gol. Jumlah itu adalah yang paling sedikit di antara anggota Premier League lainnya.
Liga memang belum berakhir, namun bisa dikatakan itu adalah rekor terbaik yang pernah dilakukan Spurs sejak 1902!
Pada musim 1901/02, Spurs bahkan belum masuk ke liga. Itu adalah era di mana kiper masih diperbolehkan untuk menyentuh bola di luar area kotak penalti. Jadi, rekor ini adalah catatan yang lama sekali bertahan dan baru dipecahkan pada abad ke-21.
Bagaimana Mauricio Pochettino bisa mengubah paham bahwa bertahan sama pentingnya seperti menyerang? Yang pertama, tentu saja adalah memiliki pemain-pemain bertahan yang ahli untuk tugas itu.