Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Well, tak bisa dibandingkan apple-to-apple atau driver-to-driver. Saya ambil contoh Max Verstappen tahun lalu. Sebagai rookie dia membela tim papan tengah, Toro Rosso, yang bisa konsisten mendulang poin.
Pebalap Belanda ini mampu mendapatkan 49 poin dan ada di peringkat 12, mengalahkan sesama rookie yang juga rekan setimnya, Carlos Sainz Jr.
Dengan kualitas Manor musim ini, walau sudah mendapatkan mesin Mercedes yang merupakan mesin jawara dalam dua musim terakhir, Manor saya prediksi akan tetap menjadi tim papan bawah.
Jadi, kalau Rio mesti "ditargetkan" mengalahkan prestasi Verstappen tahun lalu, itu tidak fair dan tidak realistis. Kecuali, Rio musim ini membela tim Toro Rosso, barulah bisa kita harapkan dia mengalahkan pencapaian Verstappen.
Bicara rookie, tahun ini ada Rio, lalu rekan setimnya di Manor, Pascal Wehrlein, dan Jolyon Palmer, juara GP2 Series 2014 yang membela tim Renault. Paling realistis adalah Rio mengalahkan Wehrlein.
Selain rekan setimnya, memiliki mobil dengan kemampuan sama, Wehrlein adalah juga pebalap binaan Mercedes, tim nomor satu F1 saat ini.
Toto Wolff, bos Mercedes, sangat mengagung-agungkan kemampuan Wehrlein sebagai juara DTM (balap turing Jerman) termuda sepanjang sejarah. Wolff meyakini usia muda Wehrlein, 21, akan membuat dia belajar dan beradaptasi dengan cepat di F1.
Nah, kalau Rio mampu mengalahkan Wehrlein yang sudah sangat digadang-gadang oleh Mercedes, tentu nilai jual Rio tahun depan akan naik. Bisa jadi, dan kita semua berharap demikian, dia malah akan dibina khusus oleh Mercedes.
Seperti apa performa tim Manor tahun-tahun sebelumnya?
Manor, atau Marussia, selalu menjadi tim papan bawah yang sulit beranjak ke papan tengah sejak ikut F1 tahun 2012. Sekali-kalinya mereka mendapatkan poin adalah pada 2014, saat masih bernama Marussia, diraih oleh almarhum Jules Bianchi yang finis di posisi sembilan pada balapan sulit, GP Monako.