Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Momen yang ingin ditonjolkan Ranieri ialah kesuksesan The Blues menekuk Arsenal 2-1 pada leg II perempat final Liga Champions 2003-2004.
Itulah kemenangan tunggal Ranieri atas Wenger dalam 14 pertemuan. Sisanya berujung 5 skor imbang dan 8 kekalahan, termasuk pada duel pertama di kandang Leicester musim ini (2-5).
Ada dua kemungkinan soal opini Wenger tadi. Ia mungkin benar-benar lupa saking seringnya mengalahkan Ranieri, atau barangkali AW sengaja melupakan kejadian di LC 12 tahun silam.
Kekalahan tunggal dari Ranieri itu justru meninggalkan luka sangat dalam bagi Wenger yang tak bisa diobati hingga kini.
Ketika itu, Arsenal 2003-2004 melegenda berkat kesuksesan menjuarai liga dengan rekor tak terkalahkan sepanjang musim. Namun, pencapaian itu tak cukup membantu The Gunners berprestasi lebih jauh.
Kekalahan agregat 2-3 dari Chelsea menyetop laju Thierry Henry cs di perempat final, padahal publik meyakini saat itulah Arsenal memilki kans terbaik menjuarai Liga Champions perdana.
Ya, ambisi besar tersebut dihentikan Chelsea. Satu kemenangan Ranieri cukup untuk mengubah sejarah perjalanan Wenger.
[video]https://video.kompas.com/e/4743590559001_ackom_pballball[/video]
Situasi kini hampir mirip. Kendati kalah telak pada duel pertama, Ranieri cuma membutuhkan satu kemenangan lagi atas Wenger, tapi sangat vital mengubah nasib kedua tim musim ini.
Jika sanggup mengulangi kejadian 12 tahun lalu, Ranieri bersama Leicester akan unggul 8 poin atas Arsenal. Jarak itu terbilang sangat lebar buat ukuran dua tim kandidat juara.
Andai Wenger yang menang lagi? Nantikan semangat awak Gunners semakin terpacu untuk menipiskan defisit yang tinggal dua poin dari Leicester!