Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kepindahan Stephan El Shaarawy dari AC Milan ke AS Roma menjadi salah satu berita terpopuler pada bursa Januari ini. Namun, ada sejumlah alasan yang membuat El Shaarawy bukan pilihan yang tepat bagi Roma.
El Shaarawy bergabung dengan Roma sebagai pinjaman dari Milan. Ia tiba dengan biaya pinjam 1,4 juta euro atau setara Rp 21 miliar.
Pada paruh pertama musim ini, El Sha membela AS Monaco sebagai pinjaman dari Milan. Namun, masa baktinya tak diperpanjang karena penyerang sayap berusia 23 tahun itu cuma tampil 24 kali di berbagai ajang.
Monaco baru dikenai kewajiban membeli El Sharaawy secara permanen jika dirinya tampil 25 kali. Karena tak memenuhi klausul tersebut, sang pemain harus kembali ke Milan.
El Shaarawy bertekad menjadikan transfer ke Roma sebagai momen kebangkitan setelah gagal cemerlang di Monaco.
Setelah menganalisis alasan yang mendukungnya untuk bangkit, JUARA.net mencoba memantau sejumlah faktor yang memperkuat opini El Shaarawy tak akan berkembang di Roma. Berikut empat di antaranya.
1. Minim Gol
"Saya mengerti kenapa Milan tak mau menarik kembali El Shaarawy. Dia sebuah perjudian bagi tim karena permainannya sedang menurun," kata legenda Roma, Roberto Pruzzo, mengungkapkan keraguan melhat El Sha bakal berperan vital.
Opini Pruzzo, jagoan Roma pada 1978-1988, cukup beralasan melihat minimnya gol El Shaarawy belakangan.
Setelah bersinar bersama Milan pada 2012-2013 dengan catatan 16 gol, pemain berjulukan Firaun Kecil itu hanya membuat tiga gol tambahan pada 2014-2015. Sisa perjalanan di kompetisi 2013-2014 dan paruh musim ini berujung tanpa torehan gol.
2. Kondisi Fisik
Kekhawatiran lain menyangkut kondisi fisik El Shaarawy yang rentan cedera. Kondisi paling parah terjadi pada 2013-2014 karena ia hanya melahap enam partai di Serie A.
Sisa waktunya dihabiskan di ruang perawatan akibat mengalami patah tulang metatarsal dan operasi pada kaki. Problem yang sama dialaminya sepanjang Januari-April tahun lalu.
3. Tak Cocok Jadi Pelayan
Percaya atau tidak, media Italia menduga bahwa pemicu utama penurunan performa El Shaarawy ialah kedatangan Mario Balotelli pada Januari 2012.
Statistik membuktikan opini tersebut. Gol-gol El Sha pada musim 2012-2013 lebih banyak muncul pada paruh pertama kompetisi (14).
Rekeningnya menurun drastis di paruh kedua dengan ukiran cuma dua gol. Ya, penurunan itu terjadi setelah Milan merekrut Balotelli dari Manchester City.
Balo mengambil alih peran sebagai bintang dengan catatan 12 gol dalam 13 partai! Kala itu, Balotelli ialah titik referensi utama serangan Milan sebagai penyerang tengah, sedangkan El Sha jadi penopang.
Sang Firaun diduga menderita karena dirinya tidak lagi menjadi aktor utama serangan Milan. Perannya diambil alih Balo.
Di Roma, El Sha juga harus mendapati fakta dirinya tergabung satu tim dengan Edin Dzeko. Sama seperti Balo, Dzeko diproyeksikan menjadi referensi utama di lini depan.
Sebagai penyerang tengah, Dzeko menantikan suplai matang dari rekan-rekan sekitarnya. Mampukah El Shaarawy menjadi pelayan Dzeko? Ataukah pelatih menjadikannya lagi aktor utama?
"El Shaarawy memiliki talenta hebat, tapi dia tampaknya tidak cocok bermain untuk melayani Dzeko," kata eks pemain Roma, Fernando Orsi.
4. Sejarah Gagal
Sangat sedikit transfer pemain yang terjadi langsung dari Milan ke Roma. Dalam sedekade terakhir hanya ada empat kali perpindahan, yakni El Sha, Urby Emanuelson (2014-2015), Marco Borriello (2010-2011), dan Dimitrios Eleftheropoulos (2005-2006).
Tiga pemain terdahulu terbilang gagal unjuk gigi secara konsisten. Emanuelson dan Eleftheropoulos cuma figuran di Roma. Borriello sempat
menjanjikan berkat torehan 11 gol di musim pertama.
Namun, kinerjanya menukik tajam hingga harus dipinjamkan ke tiga klub berbeda pada 2012-2014. Dapatkah El Sha memutus tren buruk tersebut?