Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Dinamika Tarikan Kampung, Solusi Berbuah Petaka

By Minggu, 10 Januari 2016 | 11:21 WIB
Saktiawan Sinaga, otot tendonnya putus saat berlaga di Kapolres Cup Belawan. (ABDI PANJAITAN)

“Bagaimanapun juga, turnamen dan tarkam sangat berbeda dari kompetisi. Tarkam tak punya aturan jelas, misalnya honor dan kontrak pemain, hingga jaminan keselamatan bagi pemain bila mengalami cedera,” kata Irwansyah, pelatih fisik Mitra Kukar.

Infrastruktur seperti lapangan untuk bertanding pun, lanjut mantan pelatih fisik Semen Padang itu, pasti jauh dari standar yang biasa dipakai klub-klub profesional.

“Coba diselisik, penyebab utama pemain-pemain yang cedera itu pasti lapangan, bukan karena benturan dengan pemain lain. Permukaan lapangan yang tak rata sangat berbahaya bila pemain salah tumpuan ketika terjatuh,” tutur Irwansyah.

Padahal, pemain yang saat ini dibekap cedera sangat berpengalaman bagaimana menjaga kebugaran dan keselamatan pribadinya saat bertanding.

“Musibah Zulham bisa menjadi contoh kasus. Jika dia tidak bernafsu bermain di Habibie Cup, cedera itu tak akan didapatnya. Sekarang, dia harus mengeluarkan biaya ratusan juta rupiah untuk operasi dan pemulihan. Ancaman lain, karier pemain yang cedera bisa tamat bila mereka tak bisa pulih total. Namun, saya berdoa bisa cepat sembuh karena mereka aset bangsa,” ujar Irwansyah.

Selain Zulham, masih ada sederet pemain lain yang terpaksa menepi akibat mendapatkan cedera di laga tarkam, seperti Ramat Latif di Habibie Cup dan Saktiawan Sinaga di Kapolres Cup Belawan.

Menurut Zulham, bila para pemangku kepentingan tak ingin menambah panjang daftar pemain yang menjadi korban tarkam, kompetisi harus segera digulirkan

Penulis: Kukuh Wayudi/Gonang Susatyo

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P