Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dari tujuh turnamen superseries, lima superseries premier, dan BWF Superseries Finals pada 2015, Indonesia hanya mampu meraih empat gelar.
Jumlah ini jelas kecil jika dibandingkan dengan China yang meraih total 28 gelar dari ketiga jenis turnamen di atas.
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan membuka optimisme Indonesia ketika berhasil menjuarai turnamen superseries (premier) ketiga musim ini, Malaysia Terbuka.
Pada dua turnamen sebelumnya, All England dan India Terbuka, Indonesia pulang tanpa membawa gelar.
Prestasi ganda putra Indonesia berlanjut ketika pasangan muda Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi di luar dugaan meraih gelar di Singapura Terbuka, hanya sepekan setelah Ahsan/Hendra juara di Malaysia.
Indonesia kembali mengalami kering gelar pada tiga turnamen superseries (premier) berikutnya, yaitu Australia Terbuka, Indonesia Terbuka, dan Jepang Terbuka.
Satu gelar kembali didapat di Korea Terbuka. Kali ini lewat pasangan ganda putri Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii. Indonesia mengantongi gelar ketiga superseries (premier).
Puasa gelar kembali terjadi. Pada empat turnamen superseries (premier) berikutnya yaitu Prancis Terbuka, Denmark Terbuka, China Terbuka, dan Hong Kong Terbuka, Indonesia tak meraih satu pun titel.
Ahsan/Hendra
Ahsan/Hendra jadi penyelamat Indonesia pada turnamen tutup tahun yang hanya diikuti delapan pemain/pasangan untuk setiap nomor, BWF Superseries Premier, di Dubai, awal Desember.
Sempat mengalami kesulitan pada babak penyisihan grup, Ahsan/Hendra berhasil meraih gelar juara setelah mengalahkan Chai Biao/Hing Wei (China) pada final, dengan 13-21, 21-14, 21-14.
Ahsan/Hendra juga jadi penyelamat ketika Indonesia menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia yang berlangsung di Istora Gelora Bung Karno, Agustus lalu.
Mereka menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang berhasil juara. Bagi Ahsan/Hendra, itu merupakan gelar juara dunia kedua mereka setelah 2013.
Ganda campuran
Prestasi terburuk bulu tangkis Indonesia pada 2015 adalah dari sektor ganda campuran.
Pasangan Tontowi Amad/Liliyana Natsir tak pernah berhasil memenuhi target meraih gelar di turnamen superseries (premier) yang mereka ikuti.
Bahkan, raihan Tontowi/Liliyana sering terlewati pasangan pelapis mereka, Praveen Jordan/Debby Susanto.
Sepanjang tahun, Tontowi/Liliyana hanya meraih dua gelar, di Kejuaraan Asia dan Indonesian Masters.