Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pemain Milan Ini Pantang Menabrak Pohon Lagi

By Sabtu, 5 Desember 2015 | 06:05 WIB
M'Baye Niang, saat beraksi membela Milan di laga putaran keempat Coppa Italia 2015-2016 kontra Crotone di San Siro. (Marco Luzzani/GETTY IMAGES)

Era 1990-an adalah masa-masa yang menyenangkan buat AC Milan. Ketika itu, Il Diavolo Rosso bisa dibilang sebaga raja Italia dan Eropa.

Milan mengawali era tersebut secara gemilang. Il Diavolo begitu dominan di pentas domestik dengan meraih scudetto secara beruntun pada 1991-1992, 1992-1993, dan 1993-1994. Torehan tersebut kian manis sebab pada 1991-1992, skuat asuhan Fabio Capello menjadi kontestan Serie A pertama yang menutup musim dengan status tak terkalahkan.   

Di pentas Eropa, Milan juga perkasa. Mereka merengkuh sepasang titel Liga Champion (1989-1990 dan 1993-1994) serta mencapai final kompetisi paling glamor Benua Biru itu pada 1992-1993 dan 1994-1995.

Selain menyajikan kenangan membanggakan, awal era 1990-an ternyata juga menghadirkan harapan bagi masa depan Milan. Formasi 4-4-2 yang menjadi andalan Il Diavolo di masa itu kini coba dipakai lagi oleh Sinisa Mihajlovic sebagai kendaraan pacu Milan kembali menuju kejayaan.

Mihajlovic yang mulai menukangi Milan pada 2015-2016, selalu berujar bahwa 4-4-2 adalah sistem masa depan skuat racikannya. Fan Il Diavolo boleh merasa yakin bahwa masa depan klub pujaan mereka akan cerah.

Setelah menjajal gaun formasi 4-3-1-2 dan 4-3-3, skuat racikan Miha akhirnya mengenakan 4-4-2 ke pesta pekan ke-14 Serie A 2015-2016 kontra Sampdoria di San Siro. Milan menang 4-1 dan gaun 4-4-2 disebut menjadikan sang tuan rumah terlihat lebih cantik.

"Skema itu memaksimalkan pemain sayap kami. Milan hampir terlihat memainkan 4-2-4 dengan Alessio Cerci dan Giacomo Bonaventura tampil begitu menekan. Formasi 4-4-2 mengingatkan saya kepada Milan di masa lalu," ujar CEO Milan, Adriano Galliani, seusai duel melawan Sampdoria.

Awal era 1990-an kian sahih dijadikan inspirasi sekaligus fondasi baru Milan menuju ke kasta tertinggi. Fondasi baru? Ya, sebab pada musim ini Mihajlovic banyak memberi kesempatan kepada generasi 1990 seperti Gianluigi Donnarumma (lahir pada 1999), Alessio Romagnoli (1995), Andrea Bertolacci (1991), dan M'Baye Niang (1994).

Niang layak disebut sebagai salah satu tunas harapan Il Diavolo, jika menilik performa pemain Prancis itu di partai kontra Sampdoria. Niang tampil apik sebagai pendamping Carlos Bacca dan mengemas dua gol plus sebiji assist. Sebelumnya, jebolan akademi Caen itu lebih sering difungsikan sebagai pemain melebar oleh para pendahulu Mihajlovic.

"Dalam sistem ini (4-4-2), saya merasa sangat nyaman sebab saya bermain di posisi favorit. Namun, jika dibutuhkan, saya bisa bermain melebar," kata Niang di La Gazzetta dello Sport.

Insiden pada Februari 2014 sepertinya telah mendewasakan Niang. Kala itu, Niang yang melakoni masa peminjaman di Montpellier, menyita perhatian jurnalis kala dirinya memacu kencang mobil Ferarri 458 Spider, menabrak pohon, dan melarikan diri dari tempat kejadian perkara. Akibat perilaku sembrono itu Niang dikenai sanksi berupa ancaman 18 bulan penjara.

"Saya membuat sejumlah kesalahan besar. Hal itu menyadarkan saya bahwa untuk menjadi seorang bintang, saya juga harus menjaga sikap di luar lapangan. Saya mencoba meninggalkan status sebagai anak nakal," tutur Niang di So Foot.

Tugas Niang sekarang adalah mengemudikan mobil Milan menuju posisi tiga terdepan perlombaan Serie A 2015-2016, tentunya tanpa menabrak pohon.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P