Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Penikmat sepak bola era 1990 hingga awal 2000-an sudah tentu mengenal sosok Gheorghe “Gica” Hagi. Pria berjulukan Maradona dari Carpathians itu teridentifikasi sebagai gelandang sekaligus pesepak bola terbaik yang pernah dimiliki oleh Rumania.
Gica tercatat tiga kali meloloskan Rumania ke Piala Dunia (1990, 1994, 1998) di mana salah satunya merupakan langkah terjauh sepanjang sejarah, yakni melaju ke perempat final (1994). Di level klub, dia juga bergelimang trofi domestik dan kontinental.
Aksi Gica di atas lapangan resmi berakhir ketika ia memutuskan gantung sepatu pada 24 April 2001. Dia lantas merintis karier manajerial sebagai pelatih serta mendirikan Gheorghe Hagi Football Academy yang bertujuan memfasilitasi pembinaan pemain muda di Rumania.
Buah dari kepedulian Gica terhadap pembinaan pemain muda adalah kemunculan sang putra, Ianis, sebagai talenta belia yang digadang-gadang bakal menapaki bahkan melebihi kesuksesannya di masa depan.
Ianis sanggup menembus tim utama Viitorul Constanta di usia 16 tahun. Terhitung Agustus 2015, dia secara mengejutkan dipercaya menyandang ban kapten tim meskipun terdapat belasan pemain lain yang terbilang lebih matang.
Tak seperti sang ayah, Ianis lebih suka memberikan operan kepada rekan setim dibandingkan mencetak gol sendirian.
Menyandang ban kapten Viitorul Constanta sejak Agustus 2015.
Sebagai kapten tim, Ianis ruting menghadiri sesi konferensi pers sebelum dan sesudah laga.
Nepotisme
Sebagian orang barangkali menganggap keputusan menunjuk Ianis sebagai kapten berkaitan dengan keberadaan sang ayah di kursi kepelatihan Viitorul. Terlepas dari kenyataan itu, Ianis tetap saja memiliki kapasitas mumpuni untuk menjadi pemain hebat.
Berbeda dengan Gica yang lebih berorientasi kepada menjebol gawang lawan, Ianis cenderung memilih kolektivitas. Musim ini, dia telah sepuluh kali tampil sebagai starter dalam 12 pekan dan berandil mengantarkan Viitorul menempati runner-up klasemen sementara Liga Rumania.
“Saya berharap suatu saat nanti bisa memperkuat tim nasional senior dan klub elite Eropa. Semoga saja harapan saja dapat terwujud dalam kurun waktu lima tahun ke depan,” ujar Ianis seperti dilansir situs UEFA.
Ianis sesungguhnya telah bergabung ke Fiorentina dengan mahar sebesar satu juta euro (sekitar 16,4 miliar rupiah) pada musim panas lalu. Akan tetapi dia tetap bermain di Viitorul dengan status pinjaman hingga pengujung 2015/16.
Bersama ayahnya, Gheorghe, yang merupakan pesepak bola legendaris Rumania.
Kolaborasi ayah-anak melesatkan Viitorul Constanta ke papan atas klasemen sementara Liga Rumania.