Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Olah raga menjadi priotitas penting bagi kebijakan nasional. Apalagi Presiden RI Joko Widodo sudah mencanangkan agar kita mempersiapkan diri menyambut Asian Games 2018.
Artinya, tak mungkin lepas sebuah kebijakan besar tanpa melibatkan olah raga, baik dari segi pembinaan, prestasi, industri, sampai untuk masa depan. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya olah raga sehingga menjadi perhatian yang amat serius bagi pemerintah saat ini.
Haornas menjadi momen penting bagi kita sebagai tonggak kebangkitan untuk meningkatkan prestasi olah raga Indonesia yang belakangan trennya mulai menurun.
Ada tiga faktor yang mesti diperhatikan untuk menempatkan Indonesia dalam ranking bergengsi di ajang olah raga internasional.
Pertama adalah soal regulasi yang memayungi olah raga nasional. Harus ada kebijakan yang jelas dan konkret antara prestasi, pendidikan, rekreasi, dan bentuk-bentuk olah raga kemasyarakatan yang lain.
Regulasi olah raga harus ada re-focusing sehingga nantinya benar-benar mengakomodasi dan menggambarkan realita yang ada.
Yang kedua adalah membenahi organisasi olah raga. Organisasi olah raga harus betul-betul rapi.
Tak boleh lagi ada konflik, dualisme, dan lain sebagainya. Karena segala macam konflik struktural itu bakal berimbas pada pembinaan dan ujung-ujungnya prestasi. Menurut saya, 2016 menjadi tahun yang tepat untuk melakukannya.
Ketiga adalah memberikan jaminan bagi atlet. Kami sudah mencanangkan memberikan penghargaan berupa honor atau gaji bulanan kepada atlet peraih medali Olimpiade hingga meninggal dunia.
Hal ini penting untuk memberikan keyakinan kepada generasi muda agar mereka mau menjadi atlet.
Menjadi atlet itu bukan lagi pilihan terakhir, tapi yang pertama. Atlet bisa menjadi profesi yang masa depannya terjamin.
Selama ini, atlet cuma mendapatkan harapan semu. Padahal, mereka sudah menorehkan prestasi yang memberikan kebanggaan buat diri sendiri, keluarga, dan bangsa Indonesia. Karena itu, atlet harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah.
Tahun depan kita akan menghadapi sebuah ajang besar, yaitu Olimpiade 2016. Kami tak main-main dalam mempersiapkan diri. Dari sisi anggaran, untuk tahun ini saja kami sudah menyiapkan sekitar 600 miliar rupiah. Belum tahun depan.
Sekarang tinggal bagaimana Satlak Prima sebagai kepanjangan tangan pemerintah bekerja dengan serius. Mereka harus melakukan koordinasi dengan baik bersama pengurus cabang. Target pun harus realistis. Artinya, mereka tak cuma menerima laporan dari PB-PB, tapi juga bergerak aktif meningkatkan target tersebut.
Untuk cabang, kami hanya akan fokus kepada cabang yang berpotensi mengembalikan tradisi emas Indonesia di Olimpiade, seperti bulu tangkis, angkat besi, dan panahan.
Pilihan yang sulit karena cabang lain pasti akan protes. Namun, itulah konsekuensi yang harus diambil. Kita mesti tegas dan tak boleh memberikan ruang kepada cabang yang hanya sekadar ingin terlibat.
Soal dana pelatnas yang sering terlambat, kami akan berusaha agar hak atlet bisa diterima dengan cepat. Yang terpenting prosesnya transparan dan akuntabel.
Pada perayaan Haornas ini, kami menyatakan siap bekerja untuk menyongsong Olimpiade 2016, SEA Games 2017, dan Asian Games 2018.
Haornas ini mengambil tema Menggelorakan Budaya Olah Raga Menuju Indonesia Hebat.
Prestasi itu lahir dari pembinaan dan kompetisi yang sehat serta didukung lingkungan yang memungkinkan siapa saja terlibat dalam olah raga.
Karena itu, pembudayaan dan menggelorakan olah raga sangat penting agar muncul bibit-bibit unggul di semua cabang yang kemudian disaring untuk menjadi atlet elite dan berprestasi.
Olah raga merupakan fondasi revolusi mental. Mengapa demikian? Karena di dalamnya diajarkan nilai-nilai kehidupan seperti disiplin, sportivitas, kejujuran, ketegasan, dan kemandirian.