Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Nama-nama semisal Uut Kuswendi, Nyanyang, Giman Nurjaman, Dede Irawan, Nova Zaenal, hingga Yaris Riyadi kemudian meneruskan tongkat estafet Adeng Hudaya sebagai pemain yang lebih dulu menapakkan kaki di Lapangan Ibrahim Adjie sebelum membela klub di luar Garut.
SSB Menjamur
Tahun 1990-an Lapangan Ibrahim Adjie mulai diramaikan pesepak bola muda yang mencari kebenaran mitos. Diklat Samba, yang menjadikan Lapangan Cikajang sebagai homebase, berdiri pada 1996 untuk menampung potensi anak-anak asli Cikajang.
Mitos tuah Lapangan Cikajang mulai dijadikan sugesti untuk bekerja lebih keras demi berprestasi di luar Garut. Zaenal Arief kemudian muncul sebagai produk baru Cikajang yang sukses di luar Garut.
Setelah dididik di Diklat Samba, pioner pembinaan di Cikajang, Zaenal berhasil masuk skuat Persib pada 1998 setelah membela Persigar Garut sejak 1997.
Striker yang biasa disapa Abo itu kemudian melanglang buana ke berbagai klub papan atas Tanah Air seperti Persita, Persisam, Persikabo, PSPS, dan Persepam. Kakak kandung Yandi Sofyan Munawar itu juga sempat membela tim nasional senior.
Umur Diklat Samba tempat Zaenal Arief menimba ilmu memang hanya sampai tahun 1999. Akan tetapi, semangat pembinaan dan menggali potensi anak-anak asli kaki Gunung Cikuray tak berhenti. Setelah Samba bubar, muncul Sekolah Sepak Bola (SSB) Tunas 2000 Cikajang yang didirikan 20 Agustus 2000.
SSB Tunas 2000 inilah yang kemudian menjadi tonggak awal menjamurnya SSB di Cikajang.
"SSB Tunas 2000 kemudian pecah tahun 2012. Dalam hal ini saya menganggap pecah dalam arti baik karena kemudian muncul banyak SSB dari pecahan itu. Tempat latihan masih tetap bareng di Lapangan Cikajang ini," kata Oded.
Sekolah sepak bola Family, Bina Taruna, Mandala Cikajang, dan Samba merupakan SSB yang lahir dari pecahan Tunas 2000. Namanama seperti Johan Juansyah (PBR), Yandi Sofyan Munawar (Persib), hingga Rudi Geovani (mantan Persib U-21) besar di SSB -SSB tersebut.