Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Mitos Tuah Kaki Gunung Cikuray

By Fajar Mutaqin Ahmad - Selasa, 11 Agustus 2015 | 15:56 WIB
Tuah Lapangan Ibrahim Adjie, kerap melahirkan pesepak bola top Tanah Air. (Herka Yanis Pangaribowo/BOLA)

Tengoklah ke barat, kelihatan Gunung Papandayan dan Guntur. Di sebelah timur, Gunung Cikuray juga tampak jelas," ujar Oded Sutarna, mantan pemain Bandung Raya yang kini menjabat sebagai asisten pelatih Persigar Garut.

Pemandangan itulah yang menghiasi Lapangan Ibrahim Adjie, Desa Cikajang, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, ketika Harian BOLA berkunjung, Rabu (5/8).

Akan tetapi, keindahan itu ternyata tak sebanding dengan kondisi lapangan.

Rumput liar menghiasi tribun sederhana lapangan. Sisanya, hanya tanah yang selalu penuh kepulan debu tiap kaki-kaki di atas lapangan tersebut melangkah. Jauh dari apa yang dibayangkan tentang lapangan sepak bola ideal.

Namun, jangan salah, warga Cikajang menganggap lapangan tersebut menyimpan tuah meski tak sedap dipandang mata. Mitos itu menyasar beberapa pesepak bola tenar yang justru mulai mengenal si kulit bulat dari lapangan di kaki Gunung Cikuray tersebut.

"Setiap yang bermain sepak bola di Lapangan Ibrahim Adjie, bisa menjadi pemain Persib Bandung. Itu mitos yang berkembang sejak era Adeng Hudaya," tutur Oded mengenai kepercayaan warga Cikajang tersebut.

Adeng Hudaya merupakan salah satu bintang Persib di era 1980-an. Selain dikenal sebagai pemain yang bisa bermain di berbagai posisi, mulai dari striker hingga kiper dadakan, Adeng merupakan tandem spesial Robby Darwis di lini belakang.

Pada periode itu, Adeng kerap berposisi sebagai libero, sedangkan Robby sebagai stoper.

Jauh sebelum bergabung di skuat Maung Bandung, bakat Adeng ditempa di Lapangan Ibrahin Adjie atau yang lebih sering disebut Lapangan Cikajang.

"Dulu desa saya namanya Cikandang di Kecamatan Cikajang. Saya bermain bola di sawah yang sedang kering. Di situ cuma tanah saja biasanya. Lapangan Ibrahim Adjie waktu itu satu-satunya lapangan di kecamatan dan tempat turnamen antardesa," ujar Adeng.

Nama-nama semisal Uut Kuswendi, Nyanyang, Giman Nurjaman, Dede Irawan, Nova Zaenal, hingga Yaris Riyadi kemudian meneruskan tongkat estafet Adeng Hudaya sebagai pemain yang lebih dulu menapakkan kaki di Lapangan Ibrahim Adjie sebelum membela klub di luar Garut.

SSB Menjamur

Tahun 1990-an Lapangan Ibrahim Adjie mulai diramaikan pesepak bola muda yang mencari kebenaran mitos. Diklat Samba, yang menjadikan Lapangan Cikajang sebagai homebase, berdiri pada 1996 untuk menampung potensi anak-anak asli Cikajang.

Mitos tuah Lapangan Cikajang mulai dijadikan sugesti untuk bekerja lebih keras demi berprestasi di luar Garut. Zaenal Arief kemudian muncul sebagai produk baru Cikajang yang sukses di luar Garut.

Setelah dididik di Diklat Samba, pioner pembinaan di Cikajang, Zaenal berhasil masuk skuat Persib pada 1998 setelah membela Persigar Garut sejak 1997.

Striker yang biasa disapa Abo itu kemudian melanglang buana ke berbagai klub papan atas Tanah Air seperti Persita, Persisam, Persikabo, PSPS, dan Persepam. Kakak kandung Yandi Sofyan Munawar itu juga sempat membela tim nasional senior.

Umur Diklat Samba tempat Zaenal Arief menimba ilmu memang hanya sampai tahun 1999. Akan tetapi, semangat pembinaan dan menggali potensi anak-anak asli kaki Gunung Cikuray tak berhenti. Setelah Samba bubar, muncul Sekolah Sepak Bola (SSB) Tunas 2000 Cikajang yang didirikan 20 Agustus 2000.

SSB Tunas 2000 inilah yang kemudian menjadi tonggak awal menjamurnya SSB di Cikajang.

"SSB Tunas 2000 kemudian pecah tahun 2012. Dalam hal ini saya menganggap pecah dalam arti baik karena kemudian muncul banyak SSB dari pecahan itu. Tempat latihan masih tetap bareng di Lapangan Cikajang ini," kata Oded.

Sekolah sepak bola Family, Bina Taruna, Mandala Cikajang, dan Samba merupakan SSB yang lahir dari pecahan Tunas 2000. Namanama seperti Johan Juansyah (PBR), Yandi Sofyan Munawar (Persib), hingga Rudi Geovani (mantan Persib U-21) besar di SSB -SSB tersebut.

Hingga kini pembinaan di Cikajang masih bergairah. Empat SSB tersebut masih berharap tuah Lapangan Ibrahim Adjie untuk melahirkan pesepak bola top Tanah Air.

Selain menampung murid-murid SSB tersebut berlatih, lapangan juga kerap digunakan untuk mata pelajaran olah raga sekolahsekolah di sekitarnya hingga ekstrakurikuler pasukan pengibar bendera.

Secara keseluruhan Lapangan Cikajang berbentuk jajar genjang dan hanya bisa membentuk lapangan bola berukuran 96 x 65 meter.

Akan tetapi, lapangan tersebut menjadi saksi bisu bagaimana asa besar anakanak asli Cikajang ditumpahkan dalam wujud kerja keras di sesi-sesi latihan yang berlangsung setiap hari.

(Penulis: Ferry Tri Adi)

BEBERAPA PEMAIN YANG MENCICIPI TUAH LAPANGAN CIKAJANG
Adeng Hudaya (Persib dan timnas)
Uut Kuswendi (Persib dan timnas)
Nyanyang (Persib dan timnas)
Oded Sutarna (Bandung Raya, PSGC Ciamis, dan asisten pelatih Persigar Garut)
Giman Nurjaman (Persita, Pelita, Persija, dan asisten pelatih Persita)
Dede Irawan (Bandung Raya, Persib Junior)
Nova Zaenal (Persigar Garut, Persikota dan PSIM)
Zaenal Arief (Persigar Garut, Persib, Persita, Persisam, Persikabo, PSPS, Persepam, dan timnas)
Johan Juansyah (Persijap, Persija, Persiba, Pelita Bandung Raya, dan timnas).
Yandi Sofyan Munawar (Persigar Garut, Saint Prima, SAD Uruguay, CS Vise, Arema, Brisbane Roar, Persib)
Rudi Geovani (Persib U-21, Persika Karawang, dan Persibat Batang)

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P