Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Di Fiorentina, Batistuta menjelma sebagai penyerang haus gol, seperti yang ia perlihatkan di timnas. Ia pernah menjadi raja gol Serie A 1994/95.
Namun, pencapaian bagus individu tidak menular ke klub Batistuta. Selama hampir 10 tahun di Fiorentina, gelar terbaik Batistuta hanya Coppa Italia 1995/96.
Alasan ingin merasakan titel Serie A membuat Batistuta hijrah ke Roma pada 2000. Impiannya tercapai dengan membantu Roma juara liga 2000/01.
Lepas dari Roma dan sempat dipinjamkan ke Internazionale, karier Batistuta sebagai pesepak bola berakhir di klub Qatar, Al Arabi, pada 2005 dalam usia 36 tahun gara-gara cedera engkel.
Persoalan tersebut memaksa sosok yang semasa aktif bermain dijuluki Batigol ini menghilang dari sepak bola selama bertahun-tahun.
“Hanya dalam semalam setelah memutuskan pensiun, saya tidak dapat berjalan keesokan harinya. Saya terpaksa buang air kecil di tempat tidur padahal jarak ke toilet hanya tiga meter,” kata Bati baru-baru ini kepada Tyc Sports.
“Saat saya berdiri, engkel saya bak ingin membunuh saya. Saya pergi menemui dokter dan meminta untuk mengamputasi kaki sebab saya tidak bisa menahan rasa sakit itu lebih lama lagi,” ucap pria yang akrab dengan rambut panjang saat masih aktif bermain.
Kini, Bati tidak merasakan sakit lagi setelah menjalani perawatan secara intensif.
Ia siap kembali ke sepak bola untuk menjadi pelatih, mencoba peruntungan di Abu Dhabi.
“Ada kesempatan bagi saya untuk melatih di Abu Dhabi. Saya tidak terikat pekerjaan, jadi mengapa tidak? Saya akan mencoba membagi pengalaman saya semasa bermain,” kata Bati.