Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Sprinter Top Ini Kini Menggelandang di London

By Aning Jati - Jumat, 6 Maret 2015 | 22:18 WIB
Jimmy Thoronka dengan kisah hidup mengharukan. (The Guardian)

Kisah menyentuh hati dialami sprinter top Sierra Leone, Jimmy Thoronka, yang baru berusia 20 tahun.

Saat ditemui the Guardian, Thoronka dalam kondisi kurus dan tampak tidak terawat. Dalam sebuah interviu, penuturan mengenai kisah hidupnya pun dimulai.

Thoronka sempat dinyatakan "hilang" setelah menyelesaikan tugas membela Sierra Leonne di ajang Commonwealth Games di Glasgow, Skotlandia, pada musim panas 2014. Thoronka merupakan sprinter nomor satu sekaligus kebanggaan Sierra Leone dan punya ambisi jadi sprinter terbaik dunia.

Prestasinya yang gemilang membuatnya mewakili negaranya dalam ajang Commonwealth Games 2014. Ia berharap bisa berjaya di ajang itu karena menganggap Commonwealth Games jadi batu loncatan serta peluang besar buatnya. Tetapi, asa Thoronka kandas menyusul kabar buruk yang diterimanya dari kampung halaman.

Sang paman meninggal dunia akibat terinfeksi virus Ebola. Sebelum ia dan beberapa rekannya meninggalkan Sierra Leone menuju Glasgow, penyebaran virus mematikan itu belum sampai ke area di mana ia tinggal.

"Saya ingin memenangi medali, namun kabar meninggalnya paman membuat tak bisa berkonsentrasi. Saya sedih sekali, tetapi saya mencoba tetap berjuang," ujarnya.

Alhasil, Thoronka gagal memenangi satu medali pun. Kemudian seusai Commonwealth Games, Thoronka berencana mendatangi London untuk beberapa waktu. Malangnya, Thoronka menceritakan tas yang berisi uang dan paspornya dicuri di stasiun di Glasgow.

Ia tak mau melapor ke polisi karena khawatir ditangkap dan meminta bantuan orang di stasiun untuk membayarinya ke London. Di London, Thoronka sempat menginap beberapa waktu di rumah kenalannya yang tinggal bersama istrinya di Leicester.

Suatu hari saat sedang menonton sebuah saluran televisi Afrika, Thoronka mengetahui kabar bahwa ibundanya dan seluruh keluarganya, termasuk tiga saudara-saudari angkatnya, meninggal dunia karena terinfeksi Ebola.

Saat itu Thoronka merasanya dunianya runtuh, apalagi tak lama kemudian kenalannya memintanya segera meninggalkan kediaman mereka dengan alasan butuh privasi.