Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SEA Games seakan menjadi momok bagi sepak bola Indonesia. Sejak bergabung tahun 1977, Indonesia baru mampu meraih emas perdana cabang sepak bola di SEA Games 1987 Jakarta. Malaysia dibungkam pada partai puncak lewat perpanjangan waktu.
Setelah kegagalan menyakitkan di SEA Games 1985, PSSI menunjuk Bertje Matulapelwa sebagai pelatih timnas Indonesia. SEA Games XIV atau SEA Games ke-6 bagi Indonesia, menjadi ajang pembuktian pelatih asal Maluku.
Berbekal formasi 4-3-3, timnas SEA Games 1987 punya pemain berkelas di setiap lini. Di bawah mistar gawang berdiri gagah Ponirin Meka. Saat itu gelar kiper terbaik di Indonesia melekat padanya.
Anak Medan kelahiran Tanjung Morawa itu memiliki pelapis yang tak kalah hebat di timnas, I Gusti Putu Yasa. Putu yang mengawali karier di klub Linggers, Divisi II di Bali, dipercaya masuk skuat garuda.
Empat bek tangguh yang mengawal lini pertahanan timnas juga tak kalah trengginas. Muhammad Yunus, mengisi sisi luar kanan pertahanan yang sesekali membantu penyerangan. Dua palang pintu di tengah berdiri duet stoper Marzuki Nyak Mad dan Robby Darwis. Bek kiri diisi Jaya Hartono yang selalu menjadi andalan timnas.
Tiga jenderal yang menjadi otak permainan lini tengah timnas menjadi milik trio Patar Tambunan, Azhari Rangkuty, dan Rully Rudolf Nere. Patar Tambunan dan Azhari Rangkuty bertugas menjadi jembatan antara pemain belakang dan tengah. Tidak terlalu lama memegang bola dan bermain dengan passing sederhana menjadi ciri khas mereka.
Duet jebolan PSSI Garuda tersebut menjadi pendamping Rully Nere ‘Si Penjelajah’ di lini tengah. Rully, berbekal teknik matang, terkenal sebagai motor serangan yang selalu aktif bergerak di sepanjang pertandingan untuk mencari celah menembus pertahanan lawan.
Juru gedor di garis terdepan, Budi Wahyono, Ribut Waidi, dan sang kapten Ricky Yakob. Ricky Yakob sebagai ujung tombak lebih mudah menciptakan gol karena didukung dua penyerang sayap lincah yang menyayat pertahanan lawan melalui sisi lapangan.
Pelapis di bangku cadangan pun tak kalah mentereng. Di belakang, timnas masih memiliki bek kanan Sutrisno dan stoper France Marcus Wenno. Herry Kiswanto dan Tiastono Taufik menjadi pelapis trio jenderal lini tengah timnas. Striker yang tak kalah tajam seperti Nasrul Koro dan Adityo Darmadi masih disimpan dan siap bertarung kapan saja.
Indonesia berada di Grup B bersama Thailand dan Brunei Darussalam. Indonesia lolos setelah menjadi runner-up grup di bawah Thailand. Indonesia mengemas poin sama dengan Thailand dari hasil 1 kali menang dan 1 kali imbang, hanya kalah produktivitas gol.
Pada laga pertama grup, 12 September 1987, Indonesia berhasil menumbangkan Brunei 2-0. Laga kedua melawan Thailand, 14 September 1987, Indonesia hanya mampu bermain imbang 0-0.
Di partai semifinal, Indonesia berhadapan dengan Myanmar (dulu masih Burma). Myanmar keluar sebagai juara Grup A dari hasil 2 kali imbang melawan Singapura dan Malaysia. Tim lain yang lolos mendampingi Myanmar adalah Malaysia. Sementara Singapura hanya kalah dalam hal keberuntungan. Ketiga tim mempunyai poin sama, hanya saja berbeda selisih gol.
Ditunggu Musuh Bebuyutan
Malaysia memastikan lolos ke laga final lebih dulu setelah menumbangkan tim kuat Thailand 2 gol tanpa balas.
Malaysia mengulang sejarah manis ketika lolos ke final di SEA Games 1981 Manila, Filipina.
Sehari berselang giliran Indonesia menghadapi Myanmar. Tampil kurang meyakinkan di babak pertama, Indonesia tertinggal 0-1 lewat gol Than Toe Aung pada menit ke-7.
Indonesia mulai bangkit pada paruh kedua. Gol Rully Nere pada menit 54 menjadi penanda kebangkitan pasukan Garuda. Tujuh menit kemudian, gol Herry Kiswanto menjadi penyulut semangat berikutnya.
Ricky Yakob yang masih terbakar api semangat turut menyumbang gol ketiga bagi Indonesia pada menit 68. Robby Darwis menutup pesta gol Indonesia pada menit 73. Indonesia menang 4-1 atas Myanmar.
Pada partai puncak di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 20 September 1987, Indonesia menghadapi laga panas melawan Malaysia memperbutkan emas. Final kala itu tak ingin disia-siakan timnas Indonesia yang tampil di depan pendukungnya. Selain itu, Indonesia juga masih berambisi meraih emas pertamanya di SEA Games.
Jantung ribuan penonton yang memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno dibuat berdetak lebih kencang setelah timnas Indonesia hanya bermain imbang 0-0 hingga babak kedua usai. Pertandingan harus dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu.
Babak tambahan baru berjalan 1 menit, tepatnya pada menit 91, Stadion Utama Gelora Bung Karno mendadak bergemuruh menyambut gol Ribut Waidi. Gol tersebut merupakan gol semata wayang yang tercipta di pertandingan final SEA Games 1987.
Keunggulan satu gol bertahan hingga babak tambahan usai. Tercatat sekitar 80 ribu lebih pasang mata yang ada di Stadion Utama Gelora Bung Karno melihat tim nasional mereka berjaya. Emas pertama yang diraih di SEA Games XIV tahun 1987 menjadi kenangan yang tak bisa dilupakan.