Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Nasib tunggakan utang gaji Salomon Begondou tampaknya masih gelap. Pasalnya, pihak Persipro merasa tidak bertanggung jawab atas pembayaran gaji pemain.
Hampir dipastikan uang gaji Salomon sulit dicairkan. Karena pembayaran Salamon dan dua pemain Kamerun lainnya yang saat itu membela Persipro di kompetisi Divisi Utama Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) bukan tanggungan pengurus Persipro.
Direktur Teknis Persipro Haris Nasution menyatakan, begitu ada larangan penggunaan dana APBD untuk sepak bola profesional, maka pengurus mencari dan menggendeng pihak ketiga guna mendanai tim. Hasilnya, Syaiful Bahri selaku pihak ketiga dari Bondowoso mau mendanai Persipro.
Dalam MoU (nota kesepahaman) antara Persipo dan Syaiful, nama tim jadi Persipro Bondowoso United. Dan disepakati home base tetap di Probolinggo, yakni Stadion Banyuangga.
"Setelah terjadi MoU dengan pihak ketiga, pengurus dan manajemen Persipro tidak ikut cawe-cawe ngurusi lagi tim berkompetisi. Karena memang tim sudah diambil alih. Hanya ada kesepakatan bus sebagai tranportasi kami sediakan (Persipro)," ujar Haris.
Karena sudah ditangani pihak ketiga (Syaiful Bahri), kata Haris, semua biaya oprasional ditanggung manajemen baru. Termasuk mendatangkan dan mengontrak tiga pemain asing asal Kamerun. Selain Salamon, manajemen Persipro Bondowoso United mengambil Silla Mbamba dan Camara.
Berapa besaran kontrak yang harus dibayarkan manajemen pada tiga pemain asing sebelumnya, Haris mengaku manajemen baru yang tahu. Karena memang dirinya tidak mengetahui sedikit pun. "Mbamba dan Camara juga tahu itu. Karena memang yang mendatangkan pemain asing saat tim dikelola Pak Syaful Bahri," jelas Haris.
Karena dirinya dan pengurus lama sudah tidak ikut mengelola tim saat kompetisi, maka pihaknya tidak bisa bertanggung jawab soal tunggakan utang tersebut. "Bukan kami yang mendatangkan atau mengontrak, apa kami harus ikut menanggung dan membayarnya?" tanya Haris.
Kendati bukan tanggung jawabnya, Haris yang juga anggota DPRD Kota Probolinggo ini masih punya rasa kemanusiaan. Saat ketiga pemain asing melakukan aksi turun jalan meminta-minta uang di lampu merah Kota Probolinggo, pernah memanggil dan mengajak bicara Camara dkk.
"Saya ajak bicara dan tanya," cetus Haris.