Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
JUARA.NET - Dalam sejarah hari ini tepat setahun yang lalu, korban terakhir Khabib Nurmagomedov menjadi jagoan paling sangar di UFC.
Petarung kelas ringan UFC, Justin Gaethje, mendapatkan privilese untuk tercatat selamanya dalam sejarah sebagai orang terakhir yang menjadi lawan Khabib.
Usai melawan Gaethje di UFC 254 pada 24 Oktober 2020, Khabib mengundurkan diri dari jagat MMA.
Kendati kalah relatif mudah dari Khabib, Gaethje memang layak mendapatkan kehormatan menjadi korban terakhir sang legenda asal Dagestan.
Justin Gaethje bukan jagoan sembarangan di UFC.
Ada alasannya mengapa petarung kelahiran 14 November 1988 ini punya julukan The Highlight.
Bukan sekali dua kali saja, Gaethje nyaris selalu memberikan penampilan yang spektakuler di oktagon.
Hampir semua aksinya bisa dijadikan cuplikan video promosi UFC.
Memulai karier di UFC pada 2017, Gaethje total sudah menjalani 13 pertarungan.
Dari 13 laga itu, Gaethje tercatat 8 kali mendapatkan bonus Fight of the Night dan 5 kali Performance of the Night.
Dia adalah satu-satunya jagoan UFC yang memperoleh bonus performa dalam 7 penampilan pertama secara berturut-turut.
Bonus pertama diperoleh Gaethje dalam debutnya melawan Michael Johnson.
Saat itu dia menang KO dan memborong 2 bonus sekaligus.
Kendati kemudian kalah dari Eddie Alvarez dan Dustin Poirier, pertarungan Gaethje dinobatkan sebagai Fight of the Night.
Duel melawan James Vick (Performance of the Night), Edson Barboza (Fight of the Night), Donald Cerrone (Performance of the Night), dan Tony Ferguson (Performance of the Night-Fight of the Night) juga membuahkan bonus bagi Gaethje.
Rekornya terhenti saat kalah dari Khabib dan Charles Oliveira.
Namun, Justin Gaethje kembali memperoleh bonus Fight of the Night saat menghadapi Michael Chandler dan Rafael Fiziev.
Dengan rekam jejak seperti itu, UFC pun memberikan kesempatan besar buat The Highlight pada sejarah hari ini, 29 Juli 2023.
Pada gelaran UFC 291 di Salt Lake City, Utah, Gaethje tampil dalam duel perebutan sabuk BMF.
Sabuk BMF bukan titel juara tetapi pemiliknya mendapatkan status sebagai jagoan paling sangar di UFC.
Di UFC 291, Gaethje dipertemukan dengan musuh lamanya, Poirier.
Dia sukses membalas kekalahan KO di ronde 4 yang dideritanya dari The Diamond pada 2018.
Di ronde 2, Gaethje meng-KO Poirier dengan sebuah tendangan yang mendarat telak ke kepala lawannya.
Dengan kemenangan itu, Gaethje pun dinobatkan sebagai jagoan paling sangar di UFC.
Laga melawan Poirier di UFC 291 itu kembali membuahkan bonus Performance of the Night buat Gaethje.
Tidak pernah menjadi juara, Gaethje mampu meraih 2 sabuk buatan UFC lainnya.
Selain titel BMF, kemenangan atas Tony Ferguson pada 2020 membuat jagoan asal Arizona itu menjadi juara interim di kelas ringan UFC.
Justin Gaethje tidak lama memegang sabuk BMF.
Dia langsung kalah dalam laga pertama mempertahankan gelar.
Di UFC 300 pada 13 April lalu, Gaethje kalah KO dari Max Holloway di detik terakhir pertarungan.
Namun, lagi-lagi Gaethje memperoleh bonus dari pertarungannya.
Duel melawan Holloway dinobatkan sebagai Fight of the Night UFC 300.