kawan sepakat mogok latihan tanpa batas mulai Sabtu (5/1).
Hal ini menjadi puncak kekecewaan pemain PSM terhadap manajemen tim. “Mereka kerap mengumbar janji tanpa realisasi. Padahal kami sudah rela gaji kami dikurangi,” kata Oddang, kapten PSM musim lalu.
Menurut Oddang, selain gaji yang belum cair, fasilitas dan sarana latihan juga tidak jelas. ”Bayangkan, lapangan untuk berlatih saja manajemen tidak tanggap. Mereka juga belum menyiapkan mes yang katanya terealisasi saat memulai latihan perdana,” ujar Oddang.
Pelatih PSM, Petar Segrt, tak bisa berbuat banyak. ”Di PSM saat ini terlalu banyak kebohongan yang sulit saya atasi. Sejak dua bulan lalu, kami selalu berkutat dengan masalah sama tanpa penyelesaian,” kata eks pelatih timnas Georgia ini.
Petar heran tim setua PSM dan mengklaim profesional tidak memiliki mes dan lapangan latihan tetap. ”Bayangkan untuk berlatih di Stadion Mattoangin saja kami harus mengemis dan kalah bersaing dengan tim amatir dan SSB,” ujarnya.
Lapangan Karebosi yang selama ini dipakai PSM untuk latihan tergenang air akibat curah hujan yang tinggi di Makassar sepekan terakhir. ”Lapangan itu milik publik. Tidak ada ruang ganti buat pemain yang kehujanan,” katanya.
Kondisi Stadion
Petar khawatir Stadion Mattoangin tak lolos verifikasi. ”Rumputnya mulai rusak karena terus dipakai meski hujan. Sepertinya sulit membenahi stadion hanya dalam waktu empat pekan,” katanya.
Ironisnya manajemen tidak berdaya mengatasi masalah ini. ”Saya sudah berkali-kali menghubungi Sadikin Aksa, Ketua Umum PSM, tapi tetap tidak ada jalan keluar,” ucap Petar.
CEO PSM, Rully Habibie, berkilah pihaknya fokus menyelesaikan masalah gaji bulan Desember. “Kami akan menyelesaikan masalah secara bertahap,” ujar Rully.
Namun, di mata Petar, masalah PSM bukan semata soal gaji.
”Sekali lagi kami butuh fasilitas latihan dan pendukungnya. Kompetisi tinggal empat pekan lagi. Apa yang bisa kami perbuat dengan kondisi seperti ini?” ucap pelatih yang sudah mengeluarkan dana pribadi ratusan juta rupiah untuk menalangi sebagian gaji pemain dan ofisial PSM itu.
Syamsuddin Lolo, Ketua Suporter Hasanuddin, mengaku prihatin dengan kondisi PSM. “Tapi hal ini sebenarnya sudah bisa diprediksi sejak PSM hengkang ke LPI pada 2011. Sejak saat itu, stadion tidak lagi sesak oleh penonton. Banyak suporter yang kecewa termasuk kami. PSM menggali kuburannya sendiri dengan meninggalkan LSI yang lebih kompetitif," ujarnya. (nf-16)
Editor | : |
Komentar