Pelatih Nilmaizar bak duduk di kursi panas ketika menerima tugas menjadi arsitek timnas senior Indonesia sejak tahun 2012. Nil menghadapi persoalan yang tak mudah.
Sebagai pelatih timnas senior yang selalu menjadi sorotan, ia dituntut membawa tim berprestasi. Padahal, amunisi yang dimiliki Nil tak pernah lengkap karena pemain LSI yang dipanggil tak pernah bergabung dalam tim.
Puncak cobaan buat eks Pelatih Semen Padang itu terjadi pekan lalu. Saat ia masih berada dalam perjalanan pulang usai memimpin timnas berlaga lawan Irak dalam partai Kualifikasi Piala Asia 2015 di Dubai, yang berakhir 0-1, Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin Husin, memperkenalkan Luis Manuel Blanco sebagai pelatih timnas.
Apa komentar Nil setelah kejadian itu? Apa rencananya setelah pengurus PSSI lain memastikan dirinya tetap menjadi pelatih timnas? Berikut penuturannya:
Apa yang Anda rasakan ketika ada pengumuman pelatih baru sementara Anda masih berada di perjalanan pulang dari Dubai?
Dibilang kecewa tentu ada rasa kecewa. Menurut saya, seharusnya ada kejelasan tentang hal ini. Misalnya, setelah dievaluasi oleh PSSI ternyata kinerja saya tidak bagus, saya diberhentikan. Begitu seharusnya. Tapi, karena sampai sekarang tidak ada penjelasan apa-apa, saya bekerja sesuai kontrak saja, yaitu sebagai pelatih kepala timnas.
Kapan mulai pelatnas? Di mana? Berapa orang yang dipanggil?
Rencananya 10 Maret kami masuk pelatnas. Tempatnya mungkin di Surabaya atau Yogyakarta. Pemain yang dipanggil ada 34 orang. Sebanyak 22 pemain adalah sebagian anggota yang sudah ikut di pertandingan pertama melawan Irak. Yang 12 merupakan pemain yang tidak ikut, mayoritas dari klub LSI.
Kenapa Anda kembali memanggil pemain LSI yang berkali-kali tak datang karena tak diizinkan klubnya?
Saya berpikiran optimistis saja. Pemain-pemain itu kembali dipanggil dan saya berharap mereka bisa datang. Sudah ada sinyal dari Menpora untuk membantu memfasilitasi.
Ada rencana timnas akan main di luar Jakarta saat menghadapi Arab Saudi. Adakah pengaruhnya buat tim?
Bagi kami, mau bermain di mana saja tak masalah. Hal yang lebih penting adalah bagaimana saya menyiapkan pemain agar siap menghadapi pertandingan. Bukan di mana tempat pertandingannya.
Apa rencana teknis dalam persiapan melawan Arab Saudi?
Kami tak punya waktu lama untuk persiapan setelah berkumpul. Saya sudah siapkan program soal taktik dan strategi permainan.
Apa kelemahan teknis timnas berdasarkan evaluasi setelah pertandingan melawan Irak?
Saat melawan Irak, tim bertahan dengan bagus. Sayang memang satu kesalahan membuat Irak bisa mencetak gol dan kami kalah. Melawan Arab Saudi, lini pertahanan harus bisa mempertahankan penampilan, minimal tampil seperti ketika melawan Irak.
Sementara saat menyerang, pemain harus bisa efektif menyelesaikan peluang. Ketika melawan Irak, kami kalah dalam penguasaan bola. Hal ini juga harus diperbaiki. Pemain tak boleh terlalu cepat kehilangan bola.
Editor | : | Erwin Fitriansyah |
Komentar