Apa yang mendasari pemilihan Stadion Singaperbangsa, Karawang, sebagai kandang Persija LPI?
Yang pertama, tentu pertimbangan dari sisi bisnis. Biaya menggelar pertandingan di Jakarta, khususnya di Stadion Utama Gelora Bung Karno, sangat besar. Bisa mencapai Rp400 juta setiap pertandingan. Sementara itu, pemasukan dari tiket sangat kecil. Kerugian kami terlalu besar. Jika bermain di luar Jakarta, pengeluaran bisa ditekan karena setiap pertandingan rata-rata hanya butuh Rp60 juta.
Kedua, di Jakarta kami harus berhadapan dengan izin menggelar pertandingan dari kepolisian yang terbilang susah. Tiap kali ada event besar di ibu kota, izin pertandingan tak keluar. Hal itu jelas merugikan kami. Selain itu, kami juga ingin memberikan hiburan bagi masyarakat Karawang dan sekitarnya. Kami lihat mereka antusias.
Dengan semua kesulitan itu, Anda yakin Persija LPI bisa bertahan sepanjang musim?
Tentu saja, karena kami punya niat mengabdi serta rela berkorban demi kelangsungan Persija LPI. Kami sebenarnya juga tak ingin Persija ada dua seperti sekarang. Bisa dilihat jika Persija LPI dan Persija LSI sama-sama tak diuntungkan dengan kondisi ini. Contohnya kami yang kesusahan menggaet sponsor. Kalau bisa bersatu, pasti akan lebih baik.
Editor | : | Aning Jati |
Komentar