Setelah lebih dari lima tahun mengalami kecelakaan fatal saat tengah bermain ski di Pegunungan Alpen di Prancis, tak banyak kabar yang didengar dari Michael Schumacher.
Namun, jelang ulang tahunnya yang ke-50, situs resmi Michael Schumacher merilis video wawancara yang dilakukan dua bulan sebelum kecelakaan itu terjadi.
Dilansir BolaSport.com dari situs resmi Formula 1, ada beberapa hal yang diungkap Schumacher dalam wawancara tersebut.
Salah satunya ialah gelar juara dunia paling emosional bagi Schumacher di sepanjang karier balap Formula 1 (F1).
Berikut enam hal yang diungkap Michael Schumacher pada video wawancara di situs resminya.
1. Gelar juara dunia paling emosional
Sebagai sosok legendaris pada ajang F1, Schumacher tercatat berhasil meraih tujuh gelar juara dunia sepanjang kariernya.
Namun, di antara semua kemenangan itu, hanya ada satu kemenangan yang dia sebut sebagai kemenangan paling emosional.
"Kemenangan paling emosional jelas di Suzuka (GP Jepang) pada tahun 2000 bersama Ferrari. 21 tahun tanpa gelar juara dunia bagi Ferrari," tutur Schumacher.
"Empat tahun bagi saya sendiri, berjuang keras untuk mencapainya dan akhirnya berhasil pada tahun 2000, Suzuka, memenangi balapan untuk meraih gelar juara yang luar biasa," kata Schumacher lagi.
2. Rival paling dihormati
Selama puluhan tahun berkarier sebagai pebalap, Schumacher tentu punya banyak rival.
Akan tetapi, ada satu lawan yang diakui Schumi, demikian ia biasa disapa, sebagai rival paling dihormati.
Sosok itu adalah Mika Hakkinen (Finlandia).
Schumacher dan Hakkinen saling beradu kecepatan sejak masih sama-sama balapan di ajang Formula 3 (F3).
Rivalitas ini berlanjut sampai mereka ada di kelas paling elite yakni F1.
"Pria yang paling saya hormati selama ini adalah Mika Hakkinen. Pertarungan yang luar biasa, tetapi relasi personal kami tetap stabil," kata Schumi.
3. Idola masa kecil Schumacher bukan pebalap
Schumacher tak menampik bahwa sosok mendiang Ayrton Senna (Brasil) mencuri perhatiannya saat masih membalap di level karting.
Selain Senna, juara F3000 tahun 1995 Vincenzo Sospiri (Italia) juga sempat dia kagumi.
Meski begitu, Schumi menegaskan bahwa idola masa kecilnya bukanlah pebalap melainkan pesepak bola yang nama keluarganya sama persis dengan nama keluarga Schumi.
(Baca juga: Bos F1 Maklumi Sikap Tertutup Keluarga soal Kesehatan Michael Schumacher)
"Pada awal karier di karting, saya melihat Ayrton Senna dan Vincenzo Sospiri yang sangat saya kagumi. Namun, idola sesungguhnya buat saya ialah Toni Schumacher karena dia adalah pesepak bola yang hebat," kata Schumi.
Toni Schumacher adalah eks penjaga gawang nomor satu Jerman yang memiliki sederet kontroversi dalam perjalanan kariernya.
4. Ragu dengan kemampuan menyetir
Bagi sebagian besar orang, Schumacher identik dengan arogansi. Namun, siapa sangka di balik pencitraan yang negatif itu, Schumi justru memiliki rasa tidak percaya diri terhadap kemampuan menyetirnya.
"Rekor adalah satu hal. Keraguan, saya pikir sangat penting untuk tidak terlalu percaya diri, untuk menjadi skeptis, untuk mencari pengembangan dan langkah selanjutnya," ucap Schumacher.
"Sata selalu merasa kurang cukup baik dan perlu memperbaiki diri. Itulah salah satu resep yang membuat saya menjadi apa sekarang," kata dia lagi.
5. Mempelajari semua rival
Selain selalu memiliki keraguan, salah satu kunci sukses Schumacher di F1 ialah mempelajari semua rivalnya.
Rival-rival di sini bukan cuma mereka yang berada di jajaran terdepan, tetapi betul-betul semuanya.
(Baca juga: Pihak Keluarga Akhirnya Ungkap Kondisi Kesehatan Michael Schumacher)
"Untuk mengembangkan diri, untuk menemukan langkah lain, Anda melihatnya pada mobil, diri sendiri, dan pebalap lain," tutur Schumi.
"Anda tidak hanya melihat pebalap-pebalap terjago, tetatpi semuanya. Semua pebalap punya sesuatu yang istimewa untuk saya ketahui," kata Schumacher lagi.
6. Bakat bukan segalanya
Schumacher tidak diragukan lagi merupakan salah satu pebalap F1 terbaik yang pernah ada.
Namun, Schumi tak pernah menganggap bahwa bakatnya yang membawa dia menjadi sosok tersebut.
Bagi dia, ada banyak hal yang menjadi faktor kesuksesannya hingga meraih tujuh gelar juara dunia F1.
"Bakat di olahraga otomotif, atau di olahraga lain, memang penting, tetapi bukan segalanya," ucap Schumacher.
"Anda betul-betul perlu mengembangkan banyak kemampuan. Karting adalah dasar yang bagus untuk membuktikan bakat, tetapi juga mencari tahu kebutuhan apa yang diperlukan untuk menjadi seorang pebalap," kata dia lagi.
Hari ini, Kamis (3/1/2019), Michael Schumacher genap berusia 50 tahun.
Editor | : | Nugyasa Laksamana |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar