Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Indonesia Open 2018: Tumpuan Indonesia di Istora

By Yakub Pryatama - Sabtu, 7 Juli 2018 | 18:11 WIB
Pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, mengembalikan kok ke arah Tan Kian Meng/Lai Pei Jing (Malaysia) pada babak pertama Indonesia Open 2018 yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (2/7/2018).
BADMINTON INDONESIA
Pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, mengembalikan kok ke arah Tan Kian Meng/Lai Pei Jing (Malaysia) pada babak pertama Indonesia Open 2018 yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (2/7/2018).

8 Juli. Bermain di kandang sendiri, Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) berambisi untuk mendulang medali dari berbagai sektor.

Berbeda dengan gelaran sebelumnya, Indonesia Terbuka kali ini hanya akan mempertandingkan pebulu tangkis berperingkat 32 besar dunia tanpa adanya babak kualifikasi.

“Blibli Indonesia Terbuka kali ini menawarkan hal baru karena hanya diikuti oleh 32 peserta terbaik di dunia. Maka, babak pertama akan digelar dua hari, yakni 3-4 Juli,” ucap Sekretaris Jenderal PP PBSI, Achmad Budiharto, kepada JUARA.net. 

Kesempatan bertarung dengan top dunia di kandang sendiri tentu harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh tim Indonesia.

Setiap sektor tentu memiliki kesempatan untuk bisa berbicara banyak di Istora.

Berikut beberapa pebulu tangkis Indonesia yang menjadi tumpuan dan memiliki historis di Istora. 

Tunggal Putra: Anthony Sinisuka Ginting

Pebulu tangkis asal Cimahi, Anthony Sinisuka Ginting, diharapkan mampu membuat kejutan di Istora. Pasalnya, Anthony mampu menjadi juara di Istora ketika mengalahkan pemain asal Jepang, Kazumasa Sakai, dengan skor, 21-13, 21-12.

Dengan modal tersebut, Anthony diharapkan mampu berbicara banyak di ajang Indonesia Terbuka yang juga setara dengan All England.

Kini, Anthony akan ditantang pebulu tangkis asal Belanda, Mark Caljouw, di babak pertama Indonesia Terbuka.

Tunggal Putri: Gregoria Mariska

Istora memang kurang berpihak pada tunggal putri Indonesia. Hanya Ellen Angelina, pebulu tangkis putri terakhir yang menjuarai Indonesia Terbuka pada 2001.

Agar bisa kembali berjaya di Istora, tim tunggal putri yang berisikan Fitriani, Dinar Dyah Ayustine dan Gregoria Mariska, diharapkan mampu memberikan perlawanan berarti di Indonesia Terbuka.

Perhatian besar akan tertuju kepada Gregoria. Penampilannya yang ciamik saat bertarung di Piala Uber 2018, merupakan modal bagus untuk Grego menghapus puasa gelar 17 tahun tunggal putri.

Ganda Putri: Greysia Polii/Apriani Rahayu

Pasangan yang baru dibentuk pada 2017 itu terus memperlihatkan kerja sama yang baik ketika di lapangan.

Hasilnya, mereka nyaris menaklukkan kutukan Istora saat berlaga di Indonesia Masters. Namun, Greys/Apriani harus mengakui keunggulan ganda Jepang, Ayaka Takahashi/Misaki Matsutomo, 17-21, 12-21.

Ganda Putra: Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo

Marcus/Kevin, sukses menjadi juara di Indonesia Masters 2018 setelah membuat mengalahkan pasangan China, Li Junhui/Liu Yuchen, tertunduk lesu.

Namun, pasca bertanding di Piala Thomas, Marcus/Kevin, belum  kembali menunjukkan konsistensinya di lapangan. Kekalahan atas ganda China, merupakan pelajaran berharga bagi duo andalan Indonesia tersebut.

“Tidak mungkin jika pemain bisa terus konsisten dan memenangkan setiap turnamen. Marcus/Kevin, kalah karena wajar penampilan pemain mengalami up and down,” ujar Kabid Binpres PP PBSI, Susy Susanti, kepada JUARA.net.

Ganda Campuran: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir

Super Series Premier Indonesia Terbuka 2017 menjadi saksi keganasan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.  Saat itu, Owi/Butet, mampu menghentikan dominasi China di nomor ganda campuran dengan menjadi kampiun di kandang sendiri.

Namun, kemenangan tersebut terjadi ketika Indonesia Terbuka digelar di Jakarta Convention Center (JCC), bukan di Istora. Padahal, gelaran Indonesia Terbuka  akan diadakan di Istora.

Owi/Butet sendiri terakhir mencicipi gelar di Istora pada SEA Games 2011 di Jakarta. Kesempatan Owi/Butet untuk kembali berkuasa di Istora sebenarnya cukup terbuka lebar saat sukses menjadi finalis di Indonesia Masters 2018 pada Januari lalu.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Nugyasa Laksamana
Sumber : -


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X