Goalie Ramzi Saleh, 34, pemain Palestina yang lahir di Mesir untuk orang tua dari Gaza, menyatakan bahwa : "kami partisipasi dalam turnamen, untuk mengirim pesan ke dunia untuk menunjukkan bahwa meskipun dalam kehancuran kita selalu ada."
Ahmad al-Hassan, manajer profesional tim, mengatakan bahwa : "melalui tim, kami berharap untuk mencapai tujuan politik untuk buktikan bahwa kita layak menjadi negara merdeka dengan lembaganya sendiri, meskipun pendudukan, meskipun pemisahan antara Gaza dan Tepi Barat dan meskipun perang melawan kita".
Al-Hassan tahu apa yang dia bicarakan, ketika orang-orang Palestina terbagi di berbagai penjuru dunia apakah di Tepi Barat, Gaza, Israel, Yordania, Suriah, Lebanon dan Mesir, atau di seberang lautan di Eropa atau Amerika Serikat.
Di sisi lain, aturan FIFA baru memungkinkan pemain yang tidak memegang paspor yang sama untuk bermain untuk tim nasional yang sama (selama mereka belum pernah bermain untuk tim nasional yang berbeda).
Hal ini telah menciptakan kenyataan di mana tim nasional Palestina, lebih dari Otoritas Palestina atau PLO, mewakili impian persatuan dan kembalinya Palestina. (Afif Khoirul M/Intisari Online)
Editor | : | Nugyasa Laksamana |
Sumber | : | Intisari Online |
Komentar