Apalagi saat melakukan aksi Giant table top, yang memiliki tinggi 4 meter dan panjang sejauh 29 meter.
(Baca Juga: Hasil FP2 MotoGP Prancis 2018 - Dapat Kontrak Baru, Andrea Dovizioso Langsung Unjuk Gigi Sebagai yang Tercepat)
"Excited, karena ini menjadi handicap baru untuk saya. Kesulitan saat melakukan aksi akhirnya juga bisa terlalui," tutur Agha kepada JUARA.net.
Agha yang lebih dulu mengenal freestyle trail, awalnya hanya iseng-iseng saja memainkan motornya disela-sela balapan.
Tak dinyana, para penonton tertarik dengan aksi pria berusia 25 tahun itu.
"Saya tidak menyangka bahwa penonton sumringah dengan aksi saya. Berangkat dari sana, saya mulai mendalami gerakan freestyle trail yang masih jarang dilakukan di Indonesia," tutur Agha.\
(Baca Juga: Tak Diduga, Seperti Ini Media Belanda Beritakan Klub Ezra Walian yang Berpotensi Naik Kasta ke Eredivisie!)
Adaptasi Motor
Memang tak mudah untuk menjadi seorang pebalap yang serbabisa. Hal itu diakui oleh Zulmi. Perbedaan motor ketika balapan dan melakukan trik freestyle trail, ialah salah satu faktor.
"Sebenarnya karakter motor tak berbeda. Tapi, setingan motornya harus ada yang diganti, seperti tinggi stirnya dan gear yang harus berbeda," ujar runner-up Ajang MX2 Novice Indonesia 2017 itu.
Kini, Zulmi dan Agha ingin fokus beratih demi gelar pada ajang 76 Rider Trial Game 2018 yang akan dimulai di Jember, Jawa Timur, 13-14 Juli.
Editor | : | Imadudin Adam |
Sumber | : | - |
Komentar