Populasi Jepang diperkirakan menurun 30 persen pada tahun 2060.
Jepang berpartisipasi dalam Asian Games pertama di New Delhi 1951 dan tidak pernah absen hingga 2014 di Incheon.
Prestasi terbaik Jepang adalah di Asian Games ke-5 di Bangkok tahun 1966 dengan merebut 78 medali emas, 53 perak dan 33 perunggu.
Prestasi Jepang dalam Asian Games sangat bagus sejak tahun 1951 hinga 1978.
Sejak tahun 1982, prestasi Jepang menurun dengan semakin ketatnya persaingan, namun masih terbilang bagus.
Prestasi yang bagus dalam olahraga tentu didukung oleh atlet muda dari Jepang.
(Baca Juga: Manchester United Tak Jadi Beli Raja Operan Seharga Rp418 Miliar)
Tak seperti Indonesia yang mengalami bonus demografi, Jepang justru sebaliknya.
Saat ini Jepang justru sedang mengalami penuaan pada tingkat yang cepat, sehingga membuat Jepang lebih banyak menjual popok untuk orang dewasa yang akan dijual pada tahun 2020 daripada popok untuk bayi.
Populasi Jepang diperkirakan menurun 30 persen pada tahun 2060 karena angka kelahiran di negara itu, yang merupakan salah satu yang terendah di negara maju.
Jepang telah memasuki lingkaran setan dengan tingkat kesuburan rendah yang menyebabkan triliunan dalam PDB hilang dan penurunan populasi 1 juta orang hanya dalam lima tahun.
Jika dibiarkan tak terkendali, para ahli memperkirakan kemerosotan ekonomi yang parah dan gangguan dalam struktur kehidupan sosial.
(Baca Juga: Selain Comvalius, Top Scorer Kedua Liga 1 2017 Juga Bakal Didepak Klub Thailand, Klub Indonesia Tertarik?)
Kemerosotan ekonomi justru membuat keluarga enggan memiliki anak.
Populasi tua berarti pemerintah akan mengeluarkan biaya yang lebih tinggi, negara juga aan kekurangan dana pensiun dan jaminan sosial, kekurangan orang untuk merawat pertumbuhan ekonomi yang sangat tua, lambat dan kekurangan pekerja muda.
Untuk menebus populasi tua tersebut, sektor teknologi Jepang telah meningkatkan upayanya dalam bidang robotika dan kecerdasan buatan.
Dengan demikian, pada dasarnya telah mengubah masalah biologis dalamnegara tersebut menjadi masalah rekayasa.
Editor | : | Imadudin Adam |
Sumber | : | businessinsider.com |
Komentar