JUARA.NET – Dekade ini adalah momen luar biasa bagi Pita Taufatofua.
Penulis: Persiana Galih
Atlet taekwondo Tonga yang melejit karena penampilannya bertelanjang dada dalam defile upacara pembukaan Olimpiade Rio 2016 itu bikin geger lagi di Olimpiade Musim Dingin 2018 yang digelar di Pyeongchang.
Saat melakoni Olimpiade Rio 2016, Pita Taufatofua adalah salah satu dari tujuh atlet yang dikirim Tonga ke Brasil.
Dalam upacara pembukaan, ia membawa bendera negaranya dengan bertelanjang dada dan bagian tubuhnya diminyaki serta mengenakan bawahan ta'ovala (kain Tonga) yang terlilit di seputar pinggangnya.
(Baca juga: Tim VR46 Angkat Bicara Soal Isu Turun di Kelas MotoGP pada 2019)
Penampilannya di sana bikin seisi Maracana Stadium, tempat digelarnya upacara pembukaan, riuh.
Seluruh dunia bahkan kemudian mengenal Pita Taufatofua sebagai sang pembawa bendera Tonga di Olimpiade Rio 2016.
Sialnya, ia malah didiskualifikasi pada pertandingan perdana kontra Sajjad Mardani (Iran) di kelas +80 kg putra setelah skor terlampau jauh yakni 16-1.
Namun, Taufatofua tak patah arang. Pada Desember 2016, kepada awak media, ia menegaskan rencananya untuk berlatih dan berkompetisi di ski es lintas alam.
Kala itu, ia mengaku baru dua kali melihat salju. Maklum, Tonga adalah negara tropis.
Letaknya paling selatan Polinesia. Rekor suhu terendah Tonga hanya mencapai 10 derajat celcius. Es seakan bukan alamnya.
Tapi, semangat Taufatofua berhasil mematahkan anggapan tersebut.
Sepanjang 2017 ia menghabiskan waktu untuk melakoni kompetisi ski es lintas alam demi mengumpulkan poin kualifikasi menuju Olimpiade Musim Dingin 2018 yang digelar di Korea Selatan, 9-25 Februari.
(Baca juga : Jelang Lawan Tampines Rovers, Marko Simic Pamer Pemandangan Menakjubkan Memanjakan Mata)
Hasilnya memuaskan. Ia mendapatkan tiket menuju Olimpiade Musim Dingin 2018.
Apesnya, Taufatofua hanya punya persiapan selama tiga bulan untuk berlaga di sana.
"Sangat sulit belajar ski es lintas alam di negara tanpa musim salju. Yang bisa saya lakukan hanyalah memasang papan di kaki dan berlari di pantai," katanya seperti dikutip Juara.net dari CNN.
Ia tampil pada 16 Februari 2018 untuk nomor 15 km gaya bebas.
Hasilnya, Pita hanya menduduki peringkat 114 dari 119 peserta, setelah mencatatkan waktu 56 menit 41,1 detik.
Tapi, setelah menuntaskan lomba, tak ada kekecewaan yang tampak dari paras Pita Taufatofua.
Justru sebaliknya, ia terlihat menikmati momen kekalahan itu.
"Jika mendapatkan medali emas, saya akan senang. Jika menjadi yang terakhir, saya pun akan senang. Yang lebih penting dari itu semua adalah saya membawa Tonga ke Olimpiade," tutur pria berusia 34 tahun itu.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar