Usianya baru menginjak 23 tahun, namun pebalap asal Inggris, Daniel Whitehouse, merupakan pebalap dengan ranking teratas (peringkat ke-687 dunia) yang mengikuti Tour de Indonesia (TdI) 2018 pada 25-28 Januari dari Jawa-Bali.
Meski berada di posisi kelima dalam klasemen umum pebalap, Daniel tetap menyukai balapan di Indonesia.
Indonesia tentu sudah tak asing lagi bagi Daniel. Pada 2015, ia telah berpartisipasi di Tour de Banyuwangi dan sukses menempati posisi ketiga dalam klasemen akhir.
Berikut petikan wawancara eksklusif JUARA.net dengan Daniel pada Rabu (24/1/2018).
Sejak kapan Anda menggeluti olahraga balap sepeda?
Ketika berumur 13 tahun, saya mulai mengayuh sepeda saat masih SMA. Awalnya, saya hanya bersepeda di jalanan. Namun, semuanya berubah ketika saya selalu mengikuti lomba balap sepeda di Manchester pada Rabu. Sejak saat itu, saya semakin cinta dengan olahraga ini.
Apa yang membuat Anda tertarik menjadi pebalap sepeda?
Ketika saya masih berusia 16 tahun, saya telah membuat keputusan untuk lebih serius di dunia balap sepeda. Saya kemudian mulai mengikuti beberapa latihan dengan tim lokal agar bisa mencapai sesuatu lebih dari ini.
Siapakah motivator terbesar dalam hidup Anda?
Saya tidak berpikir untuk mempunyai seorang pahlawan dalam hidup saya. Tetapi, Ayah saya ialah orang yang selalu mendukung penuh cita-cita saya menjadi seorang pebalap. Meski begitu, saya tidak memilih satu orang hanya untuk dijadikan seorang panutan.
Bagaimana perkembangan balap sepeda di tempat asal Anda?
Ketika matahari sedang terik-teriknya, kami malah berangkat ke Prancis untuk melihat berbagai sepeda lokal berbagai nomor yang ditampilkan secara gratis. Saya melihat Eropa khususnya, dari waktu kewaktu semakin berkembang terus. Perkembangan ini sudah sangat gila.
(Baca juga: India Open 2018 - Greysia/Apriyani Susul Marcus/Kevin ke Perempat Final)
Usia Anda masih sangat muda, apa target Anda kedepan?
Saya sangat ingin bertanding di Eropa. Saya sangat menikmati dan mencintai balapan di Indonesia. Namun, sebagai pebalap tentunya juga saya ingin mencoba berbagai jalur trek di dunia. Saya sangat ingin mengikuti grand tour di masa mendatang.
Bagaimana tanggapan Anda terkait trek di Indonesia?
Ketika saya mengikuti perlombaan di Flores pada 2016, disana terdapat gunung yang besar, sehingga membuat seluruh peserta yang sudah tua tidak punya kesempatan berbicara banyak, ha-ha-ha. Dengan trek seperti itu, saya seperti diberikan kesempatan untuk mencapai finis terdepan.
Anda sudah beberapa kali mencoba trek di Indonesia, trek manakah yang paling sulit?
Saya tidak begitu tahu tapi sepertinya di Flores karena di sana ada gunung besar dan terjal yang harus dilewati pebalap.
Menurut Anda bagaimana perkembangan balap sepeda di Indonesia?
Jika melihat dari sisi perkembangan penyelenggara ajang balap sepeda, saya melihat Indonesia mulai belajar banyak. Organisasinya sudah bagus, kamar hotel oke, dan fasilitas yang diberikan untuk pebalap sudah sangat layak. J
ika dari sisi pebalap Indonesia, saya melihat sudah banyak pebalap-pebalap asal Indonesia yang ada di tim kontinental dalam negeri maupun luar. Hal itu bagus untuk tim nasional mereka.
Bagaimana cara Anda beradaptasi dengan tim baru?
Ini musim pertama saya di Interpro Stradalli Cycling. Cara saya beradaptasi ialah dengan bersyukur bisa bergabung dengan Interpro yang diisi oleh banyak pebalap internasional dari berbagai negara, seperti Norwegia, Jepang, Prancis, dan Eritrea.
(Baca juga: India Open 2018 - Jadwal Tanding 6 Wakil Indonesia pada Babak Perempat Final)
Adakah momen terbaik yang dialami ketika balapan?
Ya, tepatnya di Indonesia, ketika saya bertanding di Flores karena itu pertama kalinya saya memenangi perlombaan.
Di sana saya merasa bisa membuktikan skill saya kepada semua orang. Tak cuma itu, dalam setiap pertandingan disini selalu membuat saya kepanasan dan memiliki pengalaman yang berbeda untuk saya. Pokoknya sangat seru.
Adakah momen terburuk yang dialami ketika balapan?
Tentu, ketika saya masih muda dan masih naif. Saya tak serius dalam latihan dan saat tampil di Amerika dan Inggris, saya tak mendapatkan hasil bagus dan saya sangat kecewa akan hal itu.
Apakah Anda memiliki ritual khusus sebelum bertanding?
Saya tipe orang yang terorganisir. Tetapi, saya bukan orang yang religius. saya percaya dengan banyak latihan, menjalani rutinitas sehari hari, seperti bangun di pagi hari, melakukan pemanasan, dan sarapan bisa membuahkan hasil.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Tabloid BOLA edisi 2.839 |
Komentar