"Jonatan (Christie), Anthony (Ginting), dan Ihsan (Maulana Mustofa) diharapkan lebih stabil, bukan cuma di ranking 20 besar dunia,. Tetapi, juga top 10, apalagi mereka pemain yang punya kesempatan ke Olimpiade 2020," ujar Susy.
Terdapat ketentuan baru dalam sistem pembinaan atlet penghuni pelatnas yang mulai diberlakukan tahun depan.
Pertama adalah atlet-atlet yang tertera di SK (surat keputusan) sebagai atlet pelatnas yang seluruh pembiayaan latihan dan pertandingan selama setahun akan dibiayai oleh PBSI.
Kedua, atlet dengan SK Pemantauan, dimana pembiayaan pelatihan dan pertandingan akan dibiayai oleh PBSI selama enam bulan.
Setelah itu, mereka dipantau dan dievaluasi prestasinya. Jika tak memenuhi target, statusnya akan berubah menjadi pemain magang atau bahkan dipulangkan ke klub masing-masing (degradasi).
Ketiga, pemain Magang yang pembiayaan latihan ditanggung PBSI dan pertandingan dibiayai oleh klub masing-masing.
Pemain magang pun dievaluasi penampilannya selama enam bulan, kecuali jika indisipliner, dapat dipulangkan ke klub sewaktu-waktu. Jika berprestasi akan naik menjadi pemain dengan SK Pemantauan.
(Baca Juga: Hasil NBA - Duel Warriors Vs Cavaliers Meriahkan Christmas Games)
Jumlah atlet penghuni pelatnas tahun depan juga mengalami peningkatan menjadi 104 atlet dari 89 atlet di tahun 2017. Sebanyak 15 atlet dipulangkan ke klub masing-masing.
"Tahun depan memang akan ada perubahan. Dari segi kuota, tidak akan jauh berbeda, tapi status yang akan berbeda.
"Kalau yang ragu-ragu, saya nggak mau masukan ke dalam SK tetap. Magang kan bisa berapa bulan. Penilaiannya bukan cuma potensi, tapi liat attitude, kemauan dan progres kalau di pelatnas seperti apa?" ujar Susy.
Susy menilai bahwa jika atlet sudah masuk dalam daftar SK tetap akan merasa di zona nyaman minimal dalam kurun waktu setahun.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | badmintonindonesia.org |
Komentar