Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kasus Salbutamol Tidak Hanya Menimpa Chris Froome

By Aprelia Wulansari - Jumat, 22 Desember 2017 | 13:22 WIB
Pebalap sepeda juara Tour de France tiga kali asal Inggris, Chris Froome, saat menjalani turnamen balap sepeda Herald Sun Tour bersama Team Sky di Melbourne, Australia, 1 Februari  2017.
MAL FAIRCLOUGH/AFP PHOTO
Pebalap sepeda juara Tour de France tiga kali asal Inggris, Chris Froome, saat menjalani turnamen balap sepeda Herald Sun Tour bersama Team Sky di Melbourne, Australia, 1 Februari 2017.

Chris Froome (Inggris) telah menjadi ikon balap sepeda dunia. Namun, status sebagai bintang mendadak diragukan setelah sampel urine miliknya positif mengandung salbutamol.

Sampel urine yang diambil ketika Chris Froome tampil di Vuelta a Espana, September 2017 itu, menunjukkan kadar salbutamol di atas ambang batas.

Kadar salbutamol yang diperbolehkan WADA (Badan Anti Doping Dunia) adalah 1.000 nanogram per mililiter, sedangkan kadar salbutamol dalam sampel urine Froome ditemukan sebanyak dua kali lipat, 2.000 nanogram per mililiter.

Pebalap tim Sky ini pun menyatakan bahwa dia menggunakan salbutamol untuk pengobatan asma yang dideritanya. Ya, pebalap sepeda asal Inggris berusia 32 tahun ini memang mengidap asma dan kerap menggunakan inhaler yang mengandung salbutamol guna mengobati penyakitnya tersebut.

Hingga saat ini, belum ada kepastian tentang hukuman atau perkembangan dari kasus Froome.

Sementara itu, kasus penggunaan salbutamol bukanlah hal baru di dunia balap sepeda.

Salbutamol adalah substansi yang bisa dimasukkan ke dalam tubuh melalui inhaler atau suntikan. Penggunaan salbutamol dilakukan menanggulangi asma karena zat ini berfungsi memperlebar jalur udara ke paru-paru bagi penderita asma.

Baca juga:

WADA mengizinkan penggunaan salbutamol melalui inhaler untuk pengobatan asma dan pemakaian dengan cara ini dianggap bukan untuk meningkatkan performa atlet.

Akan tetapi, beberapa pebalap sepeda malah memiliki kadar salbutamol yang melebihi standar WADA. Hasilnya, para pebalap sepeda ini mendapatkan hukuman tak boleh berkompetisi.

Diego Ulissi yang merupakan Lampre-Merida dihukum sembilan bulan karena memiliki kadar salbutamil 1.900 ng/ml berdasarkan hasil sampel urine miliknya di Giro d'Italia 2014. Alexandr Pliuschin dihukum sembilan bulan pada 2015.

Dua nama di atas hanyalah contoh awal. Tercatat banyak pebalap sepeda yang masuk dalam daftar tersandung hasil positif.

Mereka adalah Alex Zuelle, Bo Hamburger, Franco Ballerini (juara dua kali Paris-Roubaix), Tony Rominger, Miguel Indurain, Matt White, Igor Gonzalez de Galdeano, Eric Berthou, Mederic Clain, Oscar Pereiro, David Garbelli, Christoph Girschweller, Alessandro Petacchi, Leonardo Piepoli, Matteo Trentin, dan Mariusz Olesek.  

Beberapa mendapatkan hukuman dari UCI (Federasi Balap Sepeda Internasional), namun ada juga yang tak mendapatkan hukuman.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Delia Mustikasari
Sumber : The Mirror, Cyclingnews


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X