Musim 2009 menjadi masa terberat bagi atlet loncat indah putra, Muhammad Nasrullah.
Akibat salah tumpuan saat mendarat, kakinya sempat patah saat berlatih di kolam renang akuatik Senayan, Jakarta.
Cedera itu dia dapat beberapa minggu menjelang tampil pada SEA Games (SEAG) 2009 Laos. Akan tetapi, atlet spesialis 10 meter menara
loncat indah putra ini tetap berlatih walaupun masih terbelenggu rasa sakit.
Usahanya tersebut tak membohongi hasil. Pria berusia 35 tahun itu tetap turun pada SEAG 2009 dan merengkuh satu medali emas bersama
tandemnya, Noor Husaini di nomor sinkronisasi putra 10 meter menara.
Kepiawaiannya meloncat di menara setinggi 10 meter memang tak muncul tiba-tiba.
Nasrullah kali pertama mengenal seni gerakan kelenturan tubuh yang dimainkan di suatu ketinggian air itu ketika dia masih kelas empat SD.
Sang guru olahraga SD Pekapuran, Banjarmasin, Mulyadi, melihat Nasrul berbeda dengan yang lain.
Pelatih yang sudah dianggap sebagai bapak sendiri oleh Nasrullah adalah orang pertama yang memperkenalkannya dengan cabang olahraga loncat indah dan melatih Nasrul hingga dipanggil pelatnas pada 1997.
"Bapak Almarhum Mulyadi adalah pahlawan untuk karier saya. Beliau yang mengajak saya mengikuti turnamen-turnamen saat saya masih kecil," kata Nasrullah saat ditemui JUARA.net di Stadion Akuatik, Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (10/12/2017).
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Tabloid BOLA edisi 2.826 |
Komentar