Grand Slam terakhir dengan Toni Nadal
Perjalanan karier Nadal sebagai petenis elite dunia tentu tidak bisa dipisahkan dengan sosok pelatih sekaligus pamannya, Toni Nadal.
Toni adalah orang yang bertanggung jawab atas keputusan Nadal memilih jalan hidup sebagai petenis.
Sejak pertama kali memegang raket tenis pada usia 3 tahun, Nadal bertransformasi menjadi salah satu petenis terbaik di dunia sepanjang masa.
Dia bahkan dijuluki "King of Clay" alias Raja Tanah Liat saking hebatnya menguasai lapangan tanah liat.
Kini, setelah 16 gelar Grand Slam diraih, Nadal harus mengucapkan selamat tinggal kepada Toni.
Tongkat kepelatihan yang semula dipegang Toni akan diserahkan kepada Carlos Moya, mantan petenis nomor satu dunia sekaligus teman dekat Nadal.
Saat ini, Moya sudah terlibat dalam program latihan Nadal. Namun, dia baru akan sepenuhnya memegang kendali atas Nadal pada tahun depan.
Sementara itu, Toni akan melanjutkan perjalanannya sebagai seorang pelatih dengan mengurus Rafael Nadal Academy di Mallorca, Spanyol.
"Dia (Toni) akan berhenti dan mulai memberi atensi lebih kepada akademi. Ini akan menjadi hal yang luar biasa bagi akademi dan juga anak-anak," ucap Nadal.
"Namun, bukan berarti Toni tidak akan melakukan perjalanan sama sekali. Saya percaya hal ini adalah pernyataan bodoh. Yang jelas, dia tidak akan ada dalam catatan harian latihan dan perjalanan saya," kata Nadal lagi.
Sepanjang 2017, Nadal telah menjuarai lima turnamen yakni Monte Carlo Masters, Barcelona Terbuka, Madrid Masters, Roland Garros, dan AS Terbuka.
Jumlah trofi inilah yang mendorong Nadal kembali menempati posisi nomor satu dunia.
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Sumber | : | bbc.com, Twitter/usopen, ATPWorldTour.com |
Komentar