Bola Panjang
Tentulah pandangan Milla bisa dimengerti. Hanya, memainkan Evan, terutama di laga melawan Mongolia, akan memberikan keuntungan bagi Garuda Muda dari segi taktik.
Sebagai pengatur tempo serangan, Evan sering turun meminta bola untuk kemudian beroperasi di garis tengah.
Dengan kemampuannya menguasai si kulit bulat, gelandang Bhayangkara FC ini adalah orang yang tepat untuk memancing pemain Mongolia U-22 naik dan tidak lagi bermain terlalu dalam.
Pada saat yang pas, Evan bisa melepas umpan ke belakang bek lawan demi memaksimalkan kecepatan para penyerang sayap. Jangan lupa, pola seperti inilah yang berujung pada gol Thailand ke gawang Mongolia U-22.
Kekuatan lini belakang, yang dianggap sebagai biang keladi di laga melawan Malaysia U-22, boleh jadi juga akan terangkat oleh Hansamu.
Tapi, kehadiran bek milik Barito Putera ini sekali pun tak akan berguna bila lini belakang tak betul-betul waspada sepanjang 90 menit.
Baca Juga:
- Mourinho Kecewa dengan Aktivitas Transfer Manchester United
- Leipzig Tolak Rp 1,15 Triliun untuk Lepas Gelandang Ini ke Liverpool
- Efek Domino Jika Transfer Morata ke Chelsea Sukses
Hal ini tak lepas dari gaya bermain Mongolia U-22. Tim asuhan Michael Weiss kerap memperagakan operan panjang ke lini depan.
Pola seperti ini pula yang berujung pada hadiah penalti saat menghadapi Thailand. Sedikit saja Bagas Adi Nugroho cs lengah, alamat neraka yang bakal terjadi.
Tim lawan siap mengintai peluang menciptakan mimpi buruk itu.
"Indonesia merupakan tim hebat dan lebih diunggulkan. Mereka kebobolan dua gol dari set-piece, tapi secara keseluruhan merupakan tim bagus. Hanya, segalanya dapat terjadi di sepak bola," ucap Weiss.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar